Sabtu, 18 Agustus 2018

Jokowi Pembaharu


Seorang fund Manager asing berkata kepada saya “ entah apa yang akan terjadi bila saja bukan Jokowi presiden anda. Karena angin tornado yang bertiup dari AS sejak tahun 2008 sudah sampai di Indonesia di tahun 2013 dan meluas kesemua sektor membuat berderak makro ekonomi. Indonesia mengalami defisit current account yang merupakan gabungan semua defisit. Sangat mengerikan akan masa depan Indonesia. Tanpa perubahan politik rasanya sulit untuk melewati badai ekonomi. Tetapi Jokowi tidak punya power merubah politik secara drastis. Karena kekuasaan di DPR dari koalisinya tidak cukup untuk melakukan perubahan.

Apakah Jokowi stuck? Tidak. Banyak kebijakan keras dibuatnya yang di era sebelumnya hampir tidak mungkin bisa diterapkan seperti reformasi migas dan anggaran termsuk Pajak. Entah mengapa serangan dari DPR dan politisi tidak membuat langkahnya surut. The show must go on. Dia nothing to lose yang tidak tersandera dengan masa lalu karana ia bukan bagian dari oligarki politik masa lalu. Ditengah anggaran yang difisit sebagai warisan masa lalu, dia terus mencari terobosan untuk terus punya ruang berimprovisasi menciptakan solusi agar roda pembangun terus bergerak. Tahun demi tahun dilaluinya. Awalnya orang meragukannya dan akhirnya lawanya kehilangan kata kata untuk menekannya dan harus mengakui dia memang berkah bagi Indonesia ditengah krisis ekonomi.

Jokowi memang bukan militer yang tampil gagah membawa senjata dan bertubuh berat sepeti gajah bengkak. Tubuhnya kerempeng tetapi nyalinya mengalahkan jenderal yang tak pernah punya nyali mereformasi migas dan menenggelamkan kapal pencuri ikan. Dia bukan profesor ekonomi tetapi dia menjadikan menteri keuangannya terbaik sedunia. Dia bukan insinyur bangunan tetapi dia menjadi presiden yang paling banyak membuat waduk dan toll sepanjang sejarah negeri ini. Dia bukan ulama dan tidak hafal Al Quran tetapi dia paling kuat dan sabar menahan cercaan kebencian. Dia hanyalah pria biasa yang setia dengan istrinya dan mencitai keluarganya dengan cara sederhana. Dan berharap rakyat pun menyikapi bahwa sebuah kekuasaan bukanlah segala galanya. Sikapi pemilu dengan cara sederhana bahwa kekuasaan adalah Amanah yang harus diemban dan diperjuangkan dengan keterlibatan semua pihak agar negeri ini bergerak maju lebih baik.

***
Hujan telah reda. Dari kaca lebar di cafe hotel bintang lima , saya melempar pandangan ke jalan utama jakarta. Kemudian teman saya dari New York mengatakan “ Tak pernah terbayangkan. Negeri ini yang tahun 1998 tercabik cabik ekonominya, seakan tak ada harapan untuk bangkit. Semua harapan di bangun era Soeharto tenggelam begitu saja. Namun kini dengan GDP diatas 1triliun, di prediksi 3 tahun lagi akan tembus USD 2 triliun. Indonesia masuk kelompok negara maju. Semua lembaga riset international menyimpulkan bahwa Indonesia punya plaform ekonomi yang kokoh di era Jokowi yang mampu meningkatkan kapasitas 5,4 % (pa) pertumbuhan ekonomi. Di perkirakan tahun 2020 Indonesia sudah diatas Austalia, Rusia, Spanyol, Belanda.

Indonesia memang rajawali perkasa. Tak seperti si Panda ( china ) yang imut atau Gajah ( India ) yang lamban. Defisit APBN China terhadap GDP diatas 3 % sementara India mencapai 7%. Sementara Indonesia tumbuh dengan defisit di bawah 3%. Bagaimana dengan hutang? Rasion Utang China terhadap GDP diatas 45%. India diatas 60 % tapi indonesia mampu bertahan di bawah 30%. Bahkan rasio utang indonesia di bawah rasio rata rata negara Emerging Market dan Middle Income Economies. Yang luar biasa , ini di lakukan Jokowi ditengah tekanan politik yang tiada henti. Dalam proses reformasi anggaran dan pajak yang penuh gejolak. Perubahan orientasi dari konsumsi ke produksi yang di bayangi turunnya harga komoditas utama. Saya rasa presiden anda bukan hanya cerdas tapi Tuhan bersama dia. "
Mengapa ?

" Rajawali itu melesat kencang keatas di tengah awan gelap dan petir semesta. Tak nampak ragu sama sekali untuk bersikap tegas melawan hegemoni Cina dan AS di laut China selatan. Tak ragu melawan hegemoni AS di bisnis SDA. Tak ragu meminta agar IMF di reformasi. Tak ragu menghadang setiap aksi intolerance di dalam maupun di luar negeri. Tak ragu menjadikan demokrasi sebagai sistem dan transfaransi sebagai sumber kekuatan untuk keadilian. Membangun ekonomi berspektrum global dengan kekuatan mental sebagai petarung yang martabat ,membuat Jokowi punya kelas sebagai pemimpin bukan hanya lokal tapi global. " Kata teman. Saya hanya tersenyum.

Kekuatan Jokowi karena didukung kelompok menengah yang kuat, sebagian besar adalah anak muda yang punya akal sehat. Sementara dia hanyalah masinis di lokomotip kaum marhaen yang mengutamakan nasionalisme untuk lahirnya keadilan sosial bagi semua sesuai Pancasila...Sesuatu yang menjadi cita cita para pendiri bangsa ini. We yearn for the prosperity of the country since 1945, independence. " Kata saya mengakhiri pertemuan itu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.