Sabtu, 28 Juli 2018

Agama itu jalan sepi


Weekend saya datang ke Daerah Dongguan untuk ninjau Pabrik. Saya mengajak mitra bisnis saya untuk makan siang. Kami mendatangi restoran muslim yang ada di Guangzou. Tempatnya ada di sayab kanan loby office building. Kesan pertama saya masuk ke restoran ini mewah dan sangat private. Menurut mitra saya, pemilik restoran ini adalah classmate nya waktu di SMU di Changsa. Dia sengaja menjemput kami di depan pintu restoran. Kami dituntun keruang private. Kebetulan teman mitra saya ini beragama islam. Sama dengan mitra saya juga beragama islam. Hidangan pembuka sambil menanti menu yang kami pesan datang adalah Kerupuk Udang yang khusus di impor dari Medan.
“ Saya senang ternyata orang muslim exist sebagai pengusaha di China. “ Kata saya. 
“ Mr. B, di sini agama adalah ranah pribadi yang tidak pernah dibahas oleh siapapun. Pemerintah juga tidak mau pusing orang beragama atau tidak. Yang penting orang itu bisa berproduksi dan bayar pajak. Itu saja. “
“ Oh ya. “ 
“ Saya ada cerita soal agama khususnya islam di China. “ Kata teman mitra saya. Bahasa inggeris sangat bagus. Karena tadinya dia bekerja sebagai PR perusahaan penerbangan. Pensiun dini untuk berwiraswasta dengan membukan restoran. Pelanggan utamanya adalah relasinya waktu masih sebagai PR di perusahaan penerbangan.
“ Di suatu Desa di provinsi Hunan,” Katanya memulai cerita. “ada seorang pemuda yang datang dari kota. Desa itu sebagian besar beragama Islam. Kehidupan sehari hari desa itu dari hasil pertanian dan Pengrajin lampu. Pemuda ini datang ke desa menjadi pembeli barang kerajinan. Setiap hari dia mendatangi rumah pengrajin. Dia akan beli seharga yang pantas. Dia jarang bicara banyak namun kedatangannya dirumah selalu dinanti oleh penduduk desa. Setiap bulan sekali , pemuda itu pergi ke kota untuk menjual barang dagangannya. BIasanya tiga hari di kota dia sudah kembali di desa.

Orang desa tahu bahwa dia beragama islam. Hanya membedakan dia dengan orang kampung dia tidak berjanggut dan kopiah putih. Dia seperti layaknya pemuda pada umumnya. Sebagai juragan tergolong kaya, dia disenangi oleh orang kampung. Namun ada juga sebagian tidak suka dengan dia. Khususnya tokoh masyarakat desa termasuk petugas Partai Komunis yang ada didesa itu dan kelurga kaya. Apalagi sudah semakin banyak para anak gadis yang membicarakan pemuda ini. Hampir semua bermimpi agar pemuda ini menjadi suami mereka. Pemuda ini termasuk ramah.

Setiap sholat Jumat, Pemuda ini datang selalu menjelang azan.Pulang lebih dulu. Kesan beragama seperti ini membuat tokoh masyarakat yang muslim tidak menyukainya. Kalau ada kegiatan beramal, pemuda ini selalu menghindar untuk memberikan sumbangan. Namun para pemuda kampung sering datang ke rumah pemuda ini. Ada yang diperkerjakannya sebagai tukang packaging barang. Ada juga pengrajin yang kurang modal, dibantunya sebagai mitra. Hasilnya dibagi sama. Lambat laun pemuda ini semakin mendapat perhatian para pemuda kampung. Dia semakin populer. Ekonomi desa bergairah. Namun tokoh masyarakat semakin membencinya.

Malang tak dapat ditolak. Yang terjadi terjadilah. Disuatu malam, orang kampung mengaraknya seraya memukuli pemuda ini. Karena tertangkap basah sedang dirumah janda miskin. Persekusi dan ekseskusi dipimpin oleh tokoh masyarakat dan pemuda dari keluarga kaya. Dia tiduh berzina. Wanita itu mengakui bahwa pemuda itu akan memperkosanya. Sebelum sampai di kantor polisi, pemuda itu menjemput ajal. Berlaku takdir untuknya. Kembali kepada Tuhan.

Petugas Polisi ketika akan mengadobsi Pemuda itu, terkesima. Darah pemuda itu harum. Bahunya nampak legam. Seakan bertahun tahun pemuda ini bekerja sebagai tukang panggul. Padahal dia orang kaya. Punya pekerja membantunya untuk memanggul beban berat. Tetapi mengapa bahunya lebam? Yang menakjubkan adalah sehari di rumah sakit, seluruh wajah yang hancur dipukuli seketika bersih seakan tidak pernah ada cedera. Wajah pemuda itu bercahaya seakan jiwanya begitu tenang menjemput ajal. “ kata teman mitra saya. Dia tersenyum seraya menarik nafas panjang.

Saya terdiam dan siap terus menyimak cerita. 

“ Sebulan setelah pemuda itu wafat…” Lanjutnya “ Orang terkejut karena banyak janda miskin dan orang tua miskin yang mempertanyakan beras yang selalu ada didepan pintu pagi hari setiap akhir bulan. Biasanya didalam karung beras itu ada amplop merah berisi uang. Kini tidak ada lagi. Banyak pemuda miskin dan pengrajin yang kehilangan mentor dari pemuda itu.

Petugas Partai dari tingkat kebupaten melakukan penyelidikan atas kasus kematian pemuda itu. Menyimpulkan bahwa penganiayaan itu direkayasa oleh tokoh masyarakat dan pemuda yang terprovokasi pemahaman agama yang salah. Tuduhan kepada pemuda itu adalah dia menjauhkan pemuda kampung dari masjid. Lebih focus kepada urusan dunia dan lupa agama. Ini dibuktikan dari hasil investigasi dengan para pemuda kampung. “ katanya.

“ Bagaimana dengan janda miskin itu ? Tanya saya.

“ Janda miskin itu akhirnya mengakui bahwa pemuda itu datang kerumah malam malam untuk mengantar uang berobat anaknya. Tetapi dia terprovokasi oleh tokoh masyarakat untuk menjebak pemuda itu. Jadi ada sifat cemburu karena GR kepada pemuda itu. Karena pemuda itu banyak disukai oleh wanita di kampung.

“ Karena itu keadilan harus ditegakan kepada mereka yang mengakibatkan pemuda itu wafat. Sekretaris partai didesa itu di hukum mati. Tokoh agama yang terlibat di kenakan hukum kerja paksa. Mereka harus di hukum melalui kerja agar paham arti bagaimana menjalani hidup. Bahwa hidup itu bukan retorika tetapi berkarya untuk paling banyak manfaat bagi orang lain. “

Saya terhenyak.

“ Mr. B…” kata mitra saya. “ itu satu contoh betapa agama itu bisa jadi perusak bagi orang yang lemah berproduksi dan punya mental tangan dibawah. Agama dijadikan alat memprovokasi orang untuk marah dalam kebodohan. Keimanan mereka berubah menjadi cemburu buta. Lupa seharusnya dalam marahpun harus adil. Bukan hanya perbuatan, bahkan dalam pikiranpun harus adil. Agama itu adalah perbuatan. Perbuatan berbagi cinta kasih karena Tuhan. Yang tidak perlu diangkat setinggi langit agar orang tahu bahwa dia hebat beragama. Agama itu masalah privasi antara manusia dengan Tuhannya, yang diaktualkan dalam nilia nilai kemanusiaan. Cinta kasih dan berbagi dalam sepi…itulah hakikat islam sesungguhnya.

***
Walau Partai komunis selama revolusi kebudayaan melarang umat islam melaksanakan ritual agama secara bebas namun hakikat islam tetap hidup didalam jiwa orang china. Mengapa ? Karena Agama dan budaya melekat dalam diri mereka. Sehingga tidak mudah luntur dan tidak sulit menyebar kepada non islam. Mungkin sebagian besar orang China tidak mengucapkan dua kalimasahadat. Tapi mereka paham konsep Tuhan dalam Islam dan mengakui bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah dan tiada tuhan selain Allah. Tentu mereka tidak menyebut seperti bahasa Arab, yaitu Allah tapi dalam bahasa China seperti Chen Chu atau Tuhan sejati atau Chen-I atau Esa sejati, atau Chen Tsai atau Penguasa sejati .Ya sama seperti orang jawa menyebut Allah, gusti pangeran, dan lain sebagainya. Sementara sebutan rasul adalah Sheng -Hsien atau orang orang arif dan berguna. Sama seperti orang jawa menyebut Rasul, Kanjeng Nabi.

Sementara ajaran islam itu mereka sebut Ch'ing- Chen Chiao atau kalau diterjemahkan ajaran yang suci dan sejati. Mereka tidak membaca AL Quran tapi buku yang ditulis ulama China mereka baca dan pahami. Mereka tidak perlu pertanyakan apakah tafsir itu benar atau salah. Selagi tidak bertentangan dengan budaya atau tradisi mereka ya itu dianggap sudah benar. Bagi mereka, Agama selain bagai elang yang terbang dengan idealisme spiritual yang tinggi untuk mencapai kesempurnaan pribadi, tetapi juga membumi bagai induk ayam yang terlibat secara etis pragmatis dalam keseharian. Paham neo konfusian itu sebagai lampu rakyat China bagaimana mereka membangun peradaban.

Mengapa Islam di CHina dipahami seperti itu ?

Sebelum abad 17, para ulama besar China menulis buku berisi tentang bagaimana memahami ajaran Islam. Lebih banyak soal fiqih. Komunitas Islam di China tumbuh seperti itu sebelumya. Abad ke 17 muncul ulama hebat bernama Wang Tai Yu. Dia ingin mengubah sudut pandang terhadap islam. Harus menyeimbangkan pemahaman langit dan bumi. Wang menulis buku yang berjudul " Chinese Gleams of Sufi Light” ( terjemahan inggeris ). Kalau anda membaca buku itu akan bisa membuka tabir bagaimana sebetulnya orang china memandang Islam. Pemahaman islam yang disampaikan oleh Wang lebih kepada mengaktualkan islam dalam akhlak. Bagaimana Islam bisa melahirkan semangat kemandirian ditengah masyarakat. Bagaimana mentranformasi dari masyarakat yang nrimo, apatis , pesimis, korup menjadi masyarakat yang progressive, passion, berikhsan. Buku tersebut mengubah prakonsepsi - prakonsepsi tentang peran Islam di China.

Seorang perwira Militer China, ketika saya tanya mengenai buku Wang, dia mengatakan bahwa apa yang ditulis oleh Wang tentang islam, menyimpulkan bahwa islam adalah ajaran yang luar biasa. Dan kami mengakui itu. Kehebatan Wang dalam menyapaikan ajaran islam itu, dia tidak sama sekali menghilangkan ajaran konfusian, namun dia menyebut dengan Neo Konfusian. Cara dia menyampaikan ajaran itu tidak menggunakan bahasa arab tapi menggunakan padanan bahasa yang ada pada konfusiasisme, taoisme dan budhisme. Tradisi China yang memang tidak melanggar Tauhid ya tidak di hapus atau tidak dikatakan bidaah. Dan kalaupun dinilai melanggar Tauhid maka di luruskan dengan modifikasi yang tetap tidak menghilangkan tradisi China. Seperti cara Walisongo menyiarkan islam di tanah jawa. Tradisi jawa tidak di hilangkan namun di perbaiki sesuai dengan prinsip tauhid.


Pemahaman Islam di China khususnya di wilayah Selatan China seperti Guangzou, Yunnan, Hunan, Guangxie memang seperti tafsir Wang. Tetapi di daerah China seperti Xinjiang memang masih terjebak dengan islam aliran. Makanya mereka ngotot minta dijadikan daerah khusus syariah. Walau UU Khusus syariah untuk daerah di Xinjiang diberikan oleh Pemerintah China, namun daerah itu tetap terbelakang dibandingkan daerah China lainnya. Bahkan sering terjadi konflik dengan pemerintah pusat. Karena mereka ingin memisahkan diri dengan China. Ingin mendirikan negara islam sendiri. Ya pemahaman islam berbeda maka berbeda juga hasilnya. Apalagi bila islam dibawa ke ranah politik yang lahir bukan peradaban pekerja keras dan kasih sayang tetapi petualang politik dan rakus, barbar, doyan tawuran tiada henti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.