Gedung Private Banking yang jadi sasaran misi, berada tepat di depan hotel tempat aku bermalam.
Pagi-pagi sekali sebelum berangkat, aku sudah bersiap-siap. Setelah sholat Subuh aku kembali mengingat urutan operasi yang kudapat selama latihan. Kulirik Boy yang masih terlelap dalam tidur. Boy baru terbangun ketika pintu kamar diketuk dari luar. Dia segera terbangun dengan sikap siaga. Aku tersenyum melihat gerak reflek Boy mengarah ke pintu dengan senjata di tangannya.
“Itu petugas room service. Aku pesan breakfast, Boy,” kataku tersenyum. Boy berdiri dan membukakan pintu untuk petugas room service.
Tak ada yang kami kerjakan selama menunggu jadwal dimulainya operasi. Kemudian kami terlibat diskusi banyak hal tentang ekonomi dan sejarah, sekedar melepas kebosanan dalam penantian.
“Jak, sudah waktunya kita bergerak,” kata Boy sambil melirik jam tangannya.
“Aku harap kamu tetap tenang dan tidak perlu khawatir. Ingat saja urutan operasi yang sudah diajarkan.”
Aku mengangguk dengan keyakinan penuh. Kini aku bahkan sudah terlalu siap dengan segala resiko dan situasi. Pagi itu, aku berpakaian ala banker dengan setelan mahal.
“Kita akan sama-sama pergi ke gedung itu. Dari tempat parkir basement, kamu langsung naik ke lantai 19 lewat elevator yang tersedia di sana,” lanjut Boy.
Meski gedung itu berada tepat di depan hotel dan bisa dijangkau dengan menyeberangi jalan. Namun, kami memilih menggunakan kendaraan, dengan memutar sebentar lewat belakang hotel. Menempuh beberapa block sebelum akhirnya masuk ke dalam gedung bank.
Sesuai rencana, tepat jam 12.05 Aku sudah berada di ruang reception di lantai 19 dan disambut oleh petugas bank. Seorang wanita cantik dengan senyum menawan. “Aku ingin membuka rekening private banking,” kataku sambil menyerahkan kartu nama dan selembar Bank Draft. Petugas bank itu memperhatikan sekilas.
“Ok, Pak Michael,” kata wanita itu sambil ganti menyerahkan kartu namanya kepadaku. “Sebaiknya, Anda menunggu di dalam,” lanjutnya sambil menggunakan kartu magnetik untuk masuk ke ruangan.
Saat berada di ruang meeting, aku berusaha setenang mungkin namun tetap saja tidak bisa menghentikan kecemasan. Jantungku berdetak kencang tak karuan. Beberapa detik lagi semua akan terjadi.
“Anda tunggu sebentar,” kata wanita itu tersenyum, setelah mempersilakan aku untuk duduk. “Saya akan menghubungi bank penerbit Bank Draft ini, karena jumlahnya sangat besar.”
“Baik. Silahkan.”
“Apakah Anda ingin minum sesuatu?”
Aku terkejut oleh pertanyaan yang tiba-tiba itu. “Oh, tidak usah. Saya puasa hari ini,” jawabku seketika. Ini tidak ada dalam simulasi.
Wanita itu keluar dari ruangan. Mataku melirik sebuah PC di samping meja. Selama beberapa detik jantungku tiba-tiba berdetak kencang sekali. Aku berusaha tenang, menarik nafas dalam-dalam. PC itu kusentuh dan langsung meminta LAN access code. Aku memasukkan kode yang diberikan Boy dengan hati-hati. Beberapa detik kemudian, tampil notifikasi di monitor komputer. “Code accepted”.
Kemudian aku memilih menu International Private Banking. Monitor menampilkan beberapa menu di sebelah kanan, yaitu Euroclear, DTCC, Clearstream dan Fed System. Aku memilih Fed Sytem.
Beberapa detik kemudian, di layar monitor muncul permintaan untuk memasukkan access code. Dengan tenang aku mengambil secarik kertas yang ada di saku depanku. Kemudian mengetikkan kode akses decade asset. Muncullah notifikasi, “Access accepted”. Aku terhenyak dan terbayang kebenaran mimpi bersama Darsa.
Setelah akses di terima, saat itu aku berada di dalam dunia maya yang mengendalikan seluruh aset dan transaksi raksasa di dalam Fed System. Di sudut sebelah kiri monitor ada beberapa menu. Transaction Files dan Asset Register. Aku mengklik Transaction Files dan muncul begitu banyak file transaksi yang bergerak cepat dari atas ke bawah. Aku membelalakkan mata, saat melihat begitu banyaknya pihak yang terlibat dengan nilai traksaksi yang benar-benar raksasa.
Kemudian aku pindah ke menu Asset Register. Dari sana muncul data lengkap tentang aset. Tahun penempatan, nama aset, nama pemilik, nomor kontrak penempatan, nomor terdaftar sebagai mata uang Amerika dan lainnya. Semua itu, sesungguhnya hanya bercerita tentang satu hal, yaitu Decade Asset.
Di sudut bawah sebelah kanan, terdapat dua pilihan menu. Delete dan Transfer. Aku mengklik menu Delete, muncul penjelasan singkat dari database, “Seluruh data yang ada dalam file ini akan musnah. Pastikan pilihan Anda. Y/N.”
Aku mengklik N/No. Proses pun dibatalkan.
Kemudian, aku memilih menu transfer. Tampil menu US33 dan satu lagi dalam keadaan kosong. Ruang kosong itu memuat data bank coordinate yang diinginkan untuk melakukan transfer. Aku lalu mengklik US33. Tampak logo US Treasury dan nama data lengkap bank coordinate.
Aku berpikir keras. Apabila aku memilih transfer maka seluruh file yang memuat hasil transaksi dari group Fidelity yang menggunakan decade asset akan berpindah ke posisi manapun yang kusuka. Seperti misalnya, akan berpindah menjadi milik pemerintah Amerika atau rekeningku sendiri.
Tapi kalau aku memlih delete, maka seluruh file yang ada akan hancur. Yang terbayang olehku adalah hancurnya sistem keuangan global yang dikuasai Group Fidelity. Atau setidaknya mereka kehilangan back up untuk membuat gelembung keuangan dunia. Tentu saja efek lanjutannya, akan membuat beberapa lembaga keuangan limbung dan jatuh.
Dalam keadaan tertekan oleh waktu, aku memutuskan untuk memilih menu delete transaction files. Proses penghapusan file berjalan sangat cepat. Database bank ini didukung dengan processor berskala raksasa.
Aku melirik jam di tanganku. Tersisa empat menit dari sepuluh menit yang ditentukan. Aku segera keluar dari access dan kembali ke menu awal LAN access bank. Kemudian duduk kembali di tempat semula. Selang beberapa detik, aku berdiri menuju toilet. Petugas wanita yang ada di samping ruang rapat, mengantarku keluar dari ruang Private Banking dengan menggunakan kartu magnetik.
Toilet berada di sudut ruangan lantai 19. Ketika aku berbelok ke arah toilet, aku melirik wanita itu sudah kembali ke ruangan rapat. Aku segera menuju lift dengan menekan tombol turun. Seketika pintu lift terbuka. Aku langsung masuk dan turun menuju basement di mana Boy sudah menungguku. Melihat aku tiba, seketika Boy tersenyum.
“Waktumu lebih cepat 2 menit dari yang direncanakan. Luar biasa. Selamat!” kata Boy menepuk bahuku dan langsung tancap gas keluar dari ruang parkir basement.
“Kita langsung ke airport,” kata Boy sambil menyerahkan amplop tiket pesawat kepadaku. “Waktumu hanya dua jam untuk bisa masuk ke border,” lanjut Boy.
Aku mengusap wajah sambil mengucap syukur kepada Allah yang telah membuat semuanya berjalan sesuai rencana. Di sampingku, Boy masih berkonsentrasi untuk segera keluar dari gedung. Senyumnya baru terlihat ketika kendaraan mulai memasuki jalan bebas hambatan menuju Changi Aiport. Aku menyandarkan tubuhku ke jok kendaraan. Aku kembali membayangkan apa yang baru saja aku lakukan di ruang private banking itu. Benar kata Lien bahwa keanggotaan terbesar dari Fed System adalah Group Fidelity.
Dari akses kepada sistem tadi, aku bisa melihat bagaimana cepatnya perputaran aset dalam skala gigantik. Sistem itu membuat berbagai produk layanan bank, bergerak menjadi pendukung utama. Credit Default Swap sebagai instrumen penjamin segala transaksi derifatif jadi produk andalan bank namun tak jelas bagaimana resikonya akan ditutupi. Yang pasti semua itu berjalan secara prosedural dan dibenarkan oleh sistem.
Aku sadar bahwa Group Fidelity telah sengaja menggiring semua negara masuk ke dalam putaran kencang sektor moneter global. Guna menyeret potensi cash flow masyarakat dan perusahaan ke dalam jebakan mereka. Kelak hanya soal waktu, sebagaimana sejarah mencatat sebelumnya, bahwa kekacauan ini akan terbentur keras menjadi krisis-krisis ekonomi.
Pada mulanya, di tahun 1932, krisis hanya berada di ambang ratusan juta dollar. Namun berikutnya menjadi miliaran dollar. Dan kelak, krisis ini akan mencapai triliunan dollar. Pada waktu itulah seluruh tatanan budaya dan sosial ekonomi yang sudah terlanjur hidup dalam kemewahan sistem culas akan terjerembab. Dan akhirnya harus mengemis kepada Group Fidelity sebagai dewa penyelamat mereka. Pada saat itulah group ini akan semakin berkuasa menentukan situasi dunia, sesuai dengan desain mereka. Group ini akan menjadi penguasa dunia secara sistematis. Tanpa batasan negara, tanpa penjajahan fisik. Hanya moneter. Tapi dengan dampak yang jauh lebih mengerikan dibanding penjajahan fisik.
Kini, dengan hancurnya data dalam sistem digital yang menjadi sumber kekuatan Group Fidelity, aku yakin akan menimbulkan bencana moneter yang sangat besar. Ini sama saja mencabut ruh iblis dari jasadnya. Tentu akan menimbulkan super volcano dalam dunia keuangan global. Seluruh lembaga keuangan papan atas yang selama ini hidup dari sistem ini akan limbung dan mungkin hancur. Bangsa Amerika yang selama ini dimanjakan sistem yang culas ini, akan mengalami krisis terparah sepanjang sejarah. Rakyat Amerika di kelompok bawah akan jatuh di bawah garis kemiskinan. Dan yang ada di kelompok menengah akan menjadi miskin. Sementara mereka dari kelompok atas akan menjadi kelompok menengah.
Akan terjadi restrukturisasi sosial, budaya maupun ekonomi. Arus politik akan berbalik menjadi lebih peka pada hal-hal populis dibanding sebelumnya. Meski dampak tindakannya bisa menghancurkan banyak hal, tapi akan ada hikmah di baliknya. Dunia akan bergerak menuju sistem yang lebih terbuka.
Aku sangat yakin dengan apa yang baru saja kulakukan, seyakin aku menjemput takdirku. Aku juga yakin bahwa inilah yang diinginkan Madam Lyan. Juga inilah yang diinginkan Naga Kuning. Mereka sadar akan masa lalu tapi mereka semua tak ingin hidup dari masa lalu. Masalah decade asset ini adalah sebuah catatan gelap dalam sejarah manusia. Sebuah konspirasi terjadi tidak dengan sendirinya tapi terjadi karena merosotnya moral manusia, yang terutama karena semakin rendahnya moral para pemimpin.
Menghancurkan asset data ini adalah menutup masa lalu dan memotong sambungannya untuk masa depan yang lebih baik. Ya, masa depan yang sesuai dengan sunatullah. Di mana keseimbangan terbentuk dari proses kerja keras dan banyak belajar. Keikhlasan untuk hidup berdampingan secara damai dan berbagi adalah kunci untuk membawa peradaban manusia menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Keyakinan Madam Lyan dan Naga Kuning terhadap diriku, tak lain adalah karena gerakan dari hati nurani mereka terhadap pesan-pesan Ilahi. Kelelahan akal dan upaya mereka dalam pertarungan panjang melawan Group Fidelity, telah membawa mereka pada sebuah kesadaran tentang adanya kekuatan dunia lain. Yang mereka temukan pada diriku ketika Darsa menuntunku pada keberadaan kode aset. Hingga akhirnya membuat mereka yakin, bahwa Tuhan dapat berbuat sesuka-Nya. Dan akan Tuhan tunjukan saat sistem sunatullah sudah kacau akibat ulah manusia, Allah pun berbuat dengan keperkasaan-Nya.
Juga bagiku, walau awalnya aku berniat mendapatkan sumber dana tidak terbatas dalam transaksi yang diatur oleh Tomasi, dan tergerak hanya karena niat untuk membantu Budiman, namun setelah melewati putaran demi putaran yang mencekam dan melelahkan, aku pun disadarkan oleh pengalaman, bahwa ini semua tidak hanya menyangkut soal uang atau harta. Tapi lebih dari itu, ini adalah proses menaklukan ego diriku sendiri dalam menjalankan agama yang kuyakini.
Memang bangsaku butuh dana besar untuk membangun, tapi itu harus dicapai dengan proses kerja keras, banyak belajar dan tentu harus banyak berbagi kasih kepada siapapun. Karena Tuhan tidak hanya memberikan sumber daya alam yang melimpah dan cuaca yang bersahabat tapi Tuhan juga memberikan ancaman bencana alam yang senantiasa hadir di depan mata. Ini harus disadari bahwa bangsa Indonesia tidak ditakdirkan untuk hidup manja dari kekayaan sumber daya alam, tapi juga harus struggling, bekerja keras dan berakhlak mulia.
Aku sadar, aku tidak mendapatkan apapun secara materi dari peperangan ini. Namun aku mendapatkan hikmah paling esensial di dalam diriku. Hikmah itu adalah nikmat. Bahwa nikmat tak ternilai dari Tuhan adalah kehidupan itu sendiri. Dan bahwa perang yang sesungguhnya adalah melawan diri sendiri. Melawan hawa nafsu.
Semakin mengguritanya kekuatan Group Fidelity, tak lain adalah karena semakin merosotnya akhlak manusia yang gagal mengendalikan hawa nafsu. Bila hawa nafsu dapat dikendalikan maka yang tampil adalah akal sehat dan nurani yang bersih untuk mencari keridhoaan Tuhan. Kebenaran pun akan dijunjung, kebaikan akan terhampar dan keadilan akan tumbuh di mana-mana. Dan rahmat Tuhan tentu akan sampai.
***
Aku menyerahkan paspor kepada petugas imigrasi dengan sedikit kekhawatiran, mengingat apa yang baru saja kulakukan. Tapi aku berusaha tetap tenang dan tersenyum. Beberapa detik kemudian, petugas imigrasi mengecap paspor dan menyerahkannya kepadaku. Aku melangkah masuk ke border dengan nafas lega. Kulirik ke belakang, Boy tersenyum sambil melambaikan tangan. Aku membalas lambaian tangan itu dan bergegas masuk ke dalam border.
Langkah kakiku terhenti. Kira-kira lima langkah di depanku, berdiri seorang wanita dengan celana pendek warna putih dan kaus merah berlengan pendek. Ia terlihat anggun dengan tas traveling warna hitam yang disandangnya. Dan yang lebih membuat aku terkejut, karena wanita cantik itu adalah Lien. Layaknya gadis belia, tiba-tiba Lien mengerlingkan mata sipitnya sambil melewatiku tanpa menyapa.
Lien melangkah ke samping menuju lounge airport. Dia duduk menghadap televisi yang sedang menayangkan permainan golf. Aku mengikuti, dan duduk di sampingnya. Bersikap seolah tidak saling kenal.
“Kamu ada di sini?” tanyaku heran.
“Ya. Aku akan selalu bersamamu, Jaka,” Lien menoleh kepadaku sambil tersenyum.
Kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas. Sebuah laptop. Setelah menyala dan tersambung internet, Lien mengetik alamat situs Clearstream. Dia memasukan access code dengan cepat dan seketika tampil file statement account. Setelah diklik, file tersebut memunculkan tulisan, “Your account is empty”.
“Ini adalah trust account yang kami pakai untuk menampung kompensasi dari Madam Lyan. Kami tahu bahwa dana itu bersumber dari Group Fidelity, bukan dari rekening US33. Seminggu lalu rekening itu penuh, berisi billion dollar. Tapi sekang sudah tidak ada. Artinya, seluruh rekening hasil trading dengan decade asset sebagai back up-nya, telah hilang secara sistematis. Ada 2500 rekening dengan nilai triliunan dollar telah hancur, WE ARE WON!”
Lien tersenyum, “Good Job, my Dear. Destroy Data, the mission’s accomplished!” Lien lalu menutup laptop dan memasukannya kembali ke dalam tas traveling. Aku melirik Lien dengan takjub. Matanya berbinar dalam kemenangan gemilang.
Rupanya kesediaan Naga Kuning menerima kompesasi adalah cara mereka untuk mencari tahu akhir dari perjuangan mereka, dengan keyakinan penuh bahwa aku adalah orang terpilih. Tidak pernah ada pertanyaan apapun tentang decade code dari mereka. Juga sama seperti Boy, yang tidak pernah bertanya tentang apa yang telah aku lakukan di dalam bank. Naga Kuning dan Madam Lyan melaksanakan misinya dengan keyakinan penuh pada sang Takdir, untuk membantu perjuangan mereka melawan kekuatan dari balik kegelapan.
Lien berdiri dari duduknya, menoleh ke arahku. Dia berlalalu sambil berkata “Sampai jumpa, My Dear. Senang menjadi bagian dari takdirmu.” Aku ikut berdiri dan melangkah berlawanan arah. Beberapa langkah kemudian, Lien menoleh ke balakang.
“Jaka!” seru Lien yang membuatku menghentikan langkah, dan berbalik menatap Lien dengan tanda tanya. “Lalu, apa yang kamu dapat?” tanya Lien.
“Tidak ada,” kataku tersenyum.
Lien membalas dengan mengacungkan kedua jempolnya dan menunjuk kearah samping. Aku menoleh kesamping. Tidak lebih 10 langkah, nampak Ester dengan gaun santai tersenyum. Setengah berlari kearahku merentangkan kedua tanganya untuk memelukku. “Are you Ok, Honey?” bisiknya dengan senyum indah. Aku mengangguk seraya melihat ke arah Lien dengan heran. Bagaimana Ester bisa ada di Bandara bertepatan dengan selesainya misiku? Lien melambaikan tangan kearahku dan memberikan isyarat kiss jarak jauh, dan berbalik melangkah menjauh dariku dan Ester.
“Aku kangen Indonesia. Aku ingin pulang ke Yogya, ke rumah nenekku. Sejak mama meninggal 5 tahun lalu, aku engga pulang-pulang. Kita pulang bareng ya?” Kata Ester memeluk lenganku.
“Dengan Garuda Indonesia?” tanya ku.
“Ya. I love Indonesia.” Kata Ester seraya menengadahkan wajah keatas dengan tersenyum.
“Ya! Mari kita pulang,” kataku merangkul pundaknya dan Ester melingkarkan tangannya di pinggangku. Kami melangkah menuju gate keberangkatan. Kami pulang dimana kami dilahirkan dan berbuat yang terbaik bagi negeri yang kami cintai.
ooo
Medio June 2007.
Akhirnya selesai juga bacanya..Super Babo...izin save ya..boleh??
BalasHapusDan Brown ala Indonesia.
BalasHapusSemoga menjadi film layar lebar.