Sabtu, 11 Februari 2017

Cintailah aku ( 4)


Setelah mengadakan rapat singkat di kantor dan menunjuk salah satu stafnya di kantor sebagai wakil dirut, Jessica langsung ke Bandara. Dia ada niat untuk menelphon Dono namun akhirnya niat itu di hentikannya. Dia merasa bukan hal yang penting bagi Dono kepergiannya. Ini hanya masalah rutinitas kerja. Dia harus terbang ke Hanoi terlebih dahulu untuk bertemu dengan Staf  Dono yang di tugaskan untuk membantu persiapan membuka pabrik di Ho CHin Min. Rencana paling lambat seminggu dia harus sudah menempati rumah yang disediakan oleh team Dono di Ho Chi Min. Tentu berikutnya adalah proses kerja yang tidak mudah. Dia harus mendapat mitra lokal untuk mendukung pendirian pabrik, mengurus izin, mempelajari semua aspek legal berbisnis di Vietnam. Rekrut SDM dan mendapatkan suplly chain dan jasa pendukung dari pengusaha lokal. Masih panjang lagi proses yang harus dia lalui. Waktu yang disediakan Dono hanya 4 bulan. 

***
Malam merangkak begitu lamban di antara deru terbang burung layang-layang. Langit merah jambu menyelubung Hanoi. Hening mengepung diri jessica yang terkurung di sebuah kamar hotel berbintang. Hampir sepekan dia  berada di negeri yang kini berbenah. Dia jadi teringat akan Dono. Terakhir bersama dengan Dono di Singapore membekas rindu tak bertepi. Apakah Dono bisa memahami betapa dia selalu merindukan kehangatan itu. Entahlah. Jessia sadar, itu lebih baik daripada dia bersenggama dengan orang yang tidak dia cintai.  Tapi kini entah mengapa dia juga merindukan pria lain. Robert , pria yang belum seminggu di kenalnya. Pria berkwarga negaraan Canada yang ramah dan tahu menghormatinya sebagai orang kepercayaan Dono. Setiap Robert bicara dia terpesona. Kelembutan pancaran matanya mengesankan ketulusan. Tidak ada amarah dan curiga di mata itu. Entah kanapa ini kali pertama dia jatuh cinta, setelah dengan Dono yang tak berbalas. Tapi kali ini dia tak akan bertempuk sebelah tangan. Dia yakin Robert menyimpan perasaan yang sama. Hanya saja belum berani menyampaikannya. Maklum terlalu cepat untuk menyimpulkan cinta bagi seorang pria. Dia maklum dan menanti. 

Jessica tahu, Robert sudah beristri dan punya anak satu dari perkawinannya yang kandas.  Dia janda dan Robert duda. Dua sosok bertemu dalam situasi yang tepat. Tidak ada yang salah bila takdir bersua untuk mereka. Kebersamaan selama ini hanya terkesan formal dengan posisi Robert sebagai penghubung Holding Company Dono dan dia sebagai orang yang mendapat tugas mempersiapkan pendirian pabrik di Ho Ci Minh. Itu sebabnya, setiap sore, Robert langsung pulang dan dia sendiri di kamar dalam sepi. Terdengar getar dari telp selularnya.Tertera disitu nama Robert. Dia segera menerima.
 " Yes Robert "
“ Hei..jessi, gimana kalau kita nongkrong di cafe. Bukankah besok kamu akan terbang ke Ho Chi Minh.” 
“ Senang sekali. Kamu dimana ?
“ Aku ada di loby hotel.”
“ Segera aku turun  “
“ OK”

Hati Jessica terasa melampung. Kesepian di kamar akhirnya di ceriakan dengan kehadiran Robert di hotel. Apalagi ini hari terakhir di Hanoi.

“ Vietnam sekarang sedang berbenah. Ekonomi menggeliat dan pertumbuhan ekonomi pesat. Arus investasi asing semakin kencang masuk ke Vietnam. Ini karena stabilitas politik dan keamanan yang terjamin. Sehingga hampir tidak pernah ada demo buruh atau apalah. Pemerintah vietnam sangat kuat mengontrol segala galanya.” Kata Robert mengawali pembicaraan. Tetap terkesan formal namun santai.

“ Apakah di sini ada juga Organisasi Buruh ?

“ Saat ini satu satunya serikat yang diakui adalah Vietnam General Confederation of Labour. Setiap perusahaan dengan modal asing wajib mengakui organisasi yang mewakili pegawai mereka.
“ Bagaimana dengan upah buruh ?

“ Upah di Vietnam diatur sesuai distrik. Namun secara keseluruhan jauh lebih murah di bandingkan upah di Indonesia. Sebagai pembanding, upah tertinggi di Vietnam adalah Rp. 1,4 juta per bulan’
“ Wah rendah sekali. “

“ Ya bukan hanya rendah dari segi uang tapi dari segi nilai juga sangat rendah karena output nya lebih tinggi dari buruh yang ada di Indonesia. Soal output, hanya china yang bisa mengalahkan Vietnam.”
“ Sekarang saya paham, mengapa Dono pindahkan pabriknya di China ke Vietnam, bukan ke Indonesia. “
" Ya, bahkan banyak pabrik sepatu yang hengkang dari Indonesia ke Vietnam. " Kata Robert.

" Ya saya tahu itu. Makanya kalau buruh Indonesia tidak meningkatkan etos kerjanya maka akan di gilas oleh persaingan ASEAN. Apalagi sekarang sudah ada ASEANTA"

Jessica terdiam sambil sekilas memperhatikan wajah Robert. Ah, pria ini begitu santunya  terhadap dia. Mungkin karena Dono memerintahkan dia agar menjaga dan membantunya dengan hormat. 

“ Ceritakan kepadaku tentang vietnam. Bagaimana negara ini bisa bangkit dari puing puing perang saudara. ? Kata Jessica sekedar menghilangkan kebisuan. 

“ Hmm…” Robert nampak bingung dari mana harus mulai bicara. “ Baiklah, lanjut Robert. “ Kamu tahu, Pada 30 April 1975, tank-tank Vietnam Utara mendobrak gerbang istana kepresidenan di Saigon, menumbangkan rezim bagian selatan yang didukung oleh Amerika Serikat. Kemenangan itu mengakhiri sebuah perang yang telah menewaskan jutaan warga Vietnam, sekitar 58.000 tentara AS dikirim untuk menghentikan serangan komunis tersebut. Empat puluh tahun kemudian, masyarakat menyaksikan pawai militer dan mendeklarasi kembali  kemenangan komunis di bekas istana kepresidenan. Para tentara melambaikan bendera palu dan sabit dan kaum perempuan menari bertema Star Wars dengan tulisan, “Hidup Partai Komunis Vietnam”. Dalam sebuah pidato yang disiarkan secara nasional, Nguyen Quoc Khanh, seorang letnan jenderal tentara, menjelaskan kemenangan pada 30 April tersebut sebagai “titik balik bagi rakyat Vietnam”. Tapi beberapa blok dari acara tersebut, sentimen serupa diungkapkan Vo Xuan Son, seorang wanita berusia 60 tahun yang menjual kue ala Vietnam dengan keranjang. “Ini adalah hari negara kita,” katanya, sambil menaburkan pate pada roti yang dipanggang. “Hari ini sangat penting bagi semua orang karena tidak ada perang, tidak ada orang tewas. Anak-anak kita tidak perlu ikut berjuang bersama tentara.”

Jessica terpesona menyimak setiap kata dan cara Robert bercerita, Sangat menarik dan terasa hidup.

“ Saigon telah berkembang jauh dalam 40 tahun. Lanjut Robert’ Tahun 1986, setelah bertahun-tahun sosialis gagal, Partai Komunis mengumumkan doi moi, serangkaian reformasi yang melonggarkan cengkeraman negara terhadap perekonomian dan menciptakan sistem “sosialisme yang berorientasi pasar.” Ketika Vietnam dibuka kembali kepada dunia, masuklah investasi asing, kehidupan ekonomi meningkat dan banyak orang terangkat dari kemiskinan. Saat ini kota ini dengan delapan juta orang telah berubah selama beberapa dekade terakhir. Ada gedung-gedung tinggi, jalan-jalan diperlebar, dan banyak hal yang berubah dalam cara yang positif.” 

“ Jadi sejak reformasi sosialis , ekonomi vietnam tumbuh pesat. Sama dengan China?  Kata jessica.
“ Tepat sekali. Tapi itu hanya nampak di bagian selatan atau yang sekarang di kenal namanya Ho Chi Minh , yang dulu di sebut kota Saigon. Sementara Hanoi tetap dengan sosialisnya.”

“ Bagaimana dengan politiknya ?

“ Para pendukung pemerintah berpendapat bahwa reformasi ekonomi telah mengangkat rakyat dari kubangan kemiskinan, tetapi para silent oposisi lebih skeptis. Dalam praktek, reformasi telah menjadi peluang bisnis bagi orang-orang memiliki koneksi dengan elite politik.”

“Ya, perekonomian telah terbuka tentu kompetisi terbuka juga. Orang akan melakukan segala cara untuk unggul. Wajar saja. “ kata Jessica. 

“ Benar. kata Robert “tapi mereka berusaha membuka diri terhadap mekanisme pasar dan tidak  setimpal dengan  keterbukaan politik.”

“ Maksudnya ? Tanya jessica berkerut kening.

“ Partai Komunis sudah lama mengabaikan cita-cita sosialis Ho Chi Minh. Korupsi luar biasa di Vietnam akibat dari hanya satu partai. Jika vietnam ingin mengubah ini maka elite nya harus mau juga mereformasi politik nya. Sudah saatnya multi-partai, demokrasi, dan hak asasi manusia,” katanya Robert dengan sikap humanisnya.

“ jadi korupsi adalah topik sensitif akibat satu partai Vietnam, dimana media tetap di bawah kontrol negara yang ketat.Benar ?

“ Benar sekali.” 

“ Lantas apakah ada gerakan dari rakyat yang berani secara langsung menentang ini ?

“ Tidak ada. Namun perlawanan datang dari pemuka agama. Dia Pastor Anthony Le Ngoc Thanh, seorang imam Katolik yang mengelola situs Redemptoris News, salah satu media independen di Vietnam, telah ditahan tiga kali akibat menerbitkan berita tentang HAM dan penganiayaan agama oleh negara. Dia berusaha membuka mata publik tentang apa yang telah di lakukan pemerintah, termasuk soal kebohongan. Tapi, meskipun banyak keluhan dari rakyat , rakyat tidak menentang kapitalisme. Rakyat tidak suka KKN. Itu saja. “

“ Jadi orang vietnam tidak anti investasi asing” Tanya jessica untuk menegaskan pemahamannya tentang penerimaan publik terhadap asing. 

“Bahkan, hasil survei terbaru , 95 persen dari warga Vietnam mendukung kebijakan kapitalis. Itu index tertinggi dari  45 negara yang disurvei” 

“ Jadi sama juga dengan rakyat CHina yang tidak menial kapitalisme tapi tidak suka dengan budaya KKN. “

“ Tepat sekali. Tapi sekarang sudah mulai ada kemauan politik dari pemerintah untuk berubah. Banyak putra elite partai yang duduk di BUMN di berhentikan dan di gantikan dengan professional. Ini suatu tanda bagus. Yang pasti rakyat vietnam tidak suka keributan. Budaya malu masih ada di kalangan elite dan walaupun rakyat tidak protes secara terbuka namun cara rakyat bersikap sudah cukup membuat mereka malu dan harus berubah.”

“ Paham sekali, Robert. “ 

“ Besok pagi kamu harus terbang ke Ho Chin Minh. Sebaiknya kamu istirahat ya. “Kata Robert dengan santun. 

Jessica terdiam barang sejenak, Karena sebetulnya dia masih ingin terus bersama Robert. Namun akhirnya dia segera berdiri juga “ Baiklah, Selamat malam” Kata Jessica melangkah. 
“ Besok saya jemput di hotel untuk ke bandara”
“ Terimakasih..” 

***
Sebelum berangkat tidur, Jessica tertegun karena telp bergetar. Dia berharap telp itu dari Robert tapi tidak ada nama tertera. Itu dia yakin dari Dono. Hanya Dono yang tahu telpnya di Vietnam. Ini jam 1 dini hari. 
" Jess " terdengar suara telp di seberang dengan suara serak serak basah.
" Ya Pak "
" Gimana pelayanan Robert ? Di bantu kamu dengan baik ?
" Baik sekali dia Pak. Saya senang dia bantu saya."
" OK. Keliatanya kamu ceria banget ?
" Ini barusan selesai makan malam dengan Robert"
" Dating ?
" Enggalah..hanya ngobrol aja. Mau tahu banyak soal Vietnam."
" OK. Dia tadinya dosen di universitas di Hanoi dan bergabung dengan saya sejak tiga tahun lalu. "
" Oh i see."
" Besok kamu ke Ho Chi Minh ?
" Ya pak.."
" Kamu ingin Robert dampingi kamu di Ho Chi MInh?
" hmmm " 
" Jawab aja ?
" eh ya ya pak..boleh"
" Ok. Besok saya minta Robert dampingi kamu ke Ho Chi Minh. "
" Pak..."
" Ya..
" Boleh request engga ?
" Apa?
" Apa bisa Robert jadi staff saya selama saya bertugas di Ho Chi Minh?
" Engga tahulah. Nanti saya tanya dengan HRD holding di Hong kong. "
" Baik saya paham."
" udah ya.."
" Kamu dimana sekarang ? Kata Jessica seakan tidak bicara lagi sebagai bawahan dengan atasan. Tapi dengan sahabat.
" Di Jakarta. Ini lagi jalan pulang ke rumah."
" Engga minum kan "?
" Enggalah.." Terdengar Dono menahan tawa.
" Minum kan.?"
" Engga "
" Bohong.."
" Engga sayang... "
" jaga kesehatan kamu ya sayang.."
" Kamu juga..Udah  ya.."
" OK. Bye now.

( Bersambung).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.