Selasa, 11 Oktober 2016

Memburu harta (9)


Swiss. Musim dingin. Pukul sembilan pagi.
Hari ini adalah hari istimewa dalam hidupku. Aku akan memulai pengalaman hidup yang belum pernah kualami sebelumnya. Hari ini aku bisa mengukuhkan sebagai financial player world class yang mampu menaklukan 4 lembaga keuangan international. Maka, baju dan setelan jas kali ini harus istimewa pula. Entah mengapa aku teringat kepada Ester. Genap sepuluh bulan aku tidak bertemu dengannya. Tentu kalau Ester tahu aku berhasil dengan perjuangaku dia akan bahagia sekali. Aku juga membayangkan istriku di rumah yang harus mendekap sepi pada malam-malamnya tanpa kehadiranku, dan berdoa siang malam untukku? Sebagaimana Ester, aku yakin istriku tetap akan mengerti dan bersabar menanti kepulanganku
Dari jendela hotel, kulihat seluruh kota  masih tertutup kabut. Belum banyak orang yang lalu-lalang. Namun itu tidak akan membuat kota ini tidur dalam waktu lama. Geliat kehidupan wilayah financial center dunia ini, akan ramai sebentar lagi.
Telepon berdering.
“Ja, kami menunggumu. Pukul sepuluh pagi, kita akan mengeksekusi rekening perdagangan surat berhargamu. Pihak Global Aset Management, siap mencairkan rekening itu sesuai perintahmu,” terdengar suara Mc Dowel dari seberang.
“Aku akan datang tepat waktu.” Aku menutup telepon dengan senyum cerah. Akhirnya perjuangan yang memakan waktu sekian lama di Swiss membuahkan hasil. Akhirnya aku berhasil berbuat sesuatu untuk sahabatku.
Mc Dowel, Godinez, Steven dan John menyambut kedatanganku di loby gedung Global Aset Management dengan jabat tangan yang erat. “Apakah kamu sudah siap untuk hari ini?”
“Sangat siap,” jawabku. “Mari kita selesaikan semua ini sekarang.” Kami melangkah menuju lift.

Kami masuk bersamaan dalam satu lift. Tidak ada pembicaraan. Semua nampak tegang menuju detik-detik kepastian yang sudah lama diperjuangkan dan dinantikan. Di ruang rapat yang sangat mewah, telah hadir tim eksekutif dari Global Aset Management. Tidak ada basa-basi ketika semua sudah hadir. 
“Baiklah, saya ingin tegaskan tentang suatu hal,” kata pimpinan Global Aset Management itu memulai pembicaraan perlahan. Kata-katanya menggantung. Aku memperhatikan wajah pimpinan itu dengan seksama. Naluriku  menangkap ada sesuatu yang janggal. 
“Kami tidak bisa mencairkan rekening trading Anda,” pimpinan itu melanjutkan kata-katanya. Membuat semua yang hadir terperanjat. Benarlah naluriku.
“Mengapa?” aku menyela pembicaraan itu dengan cepat. “Bukankah kemarin Anda sudah membuat surat penegasan kepada kami, untuk setuju mencairkan rekening tersebut. Mengapa sekarang Anda berubah?”
“Mereka tidak cooperative.”
“Siapa yang Anda maksud mereka itu?”
“The fed.”
“Bukankah sejak awal Anda telah melakukan verifikasi formal atas keberadaan aset itu dan mereka juga telah menjawab secara resmi tentang kebenaran dokumennya? Anda juga telah memberikan pinjaman kepada kami berdasarkan jaminan aset tersebut untuk masuk dalam transaksi Clear stream.  Lantas apa lagi?” serbu Mc Dowel mengajukan argumentasi. Mc Dowel adalah orang yang membantuku dalam semua penyelesaian teknis yang berkaitan dengan kontrak hukum.
“Ini benar-benar tidak masuk akal,” keluhku.
 “Anda benar. Tapi saat ini kami tidak bisa berbuat apa-apa. Ini di luar wilayah kerja kami. Saya pikir Anda harus mempersiapkan diri untuk mengajukan gugatan hukum kepada pihak The Fed. Hanya keputusan pengadilan internasional yang bisa memberi kami izin untuk mencairkan rekening Anda.”
Aku menatap satu persatu anggota tim eksekutif Global Aset Management yang hadir. Tapi tidak satupun dari mereka yang berani menatapku langsung.
“Untuk Anda ketahui,” kataku mulai meninggikan suara. “Semua transaksi ini kami lakukan dengan prosedur yang benar dan didukung oleh Anda yang dikenal sebagai lembaga keuangan kelas dunia. Dan untuk itu semua, kami telah mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Tapi sekarang,” aku berhenti sebentar sambil menarik napas. “Anda dengan mudahnya menyarankan kami untuk menuntut pihak The Fed. Ini benar-benar tidak mencerminkan integritas hukum pasar uang yang menempatkan trust di atas segala-galanya. Saya sangat kecewa!”
“Maaf, kami tidak bisa mengomentari sikap Anda. Kecuali Anda bisa mendapatkan dukungan langsung dari The Fed atas aset tersebut. Hanya itu satu-satunya cara agar posisi rekening Anda, sah untuk Anda miliki,” pungkas pimpinan tim Global Aset Management.
Kami saling berpandangan satu sama lain. “Kami rasa cukup sampai di sini pertemuan kita. Kalau Anda merasa kecewa dengan kami, makaAnda pun dapat menuntut kami di pengadilan. Anda punya hak untuk itu,” katanya lagi dengan logat yang sangat dingin. Disampaikan tanpa gejolak. 
Aku segera berdiri diiringi seluruh anggota tim. Di dalam lift, Mc Dowel berserta timnya pucat pasi, tak mampu menutupi rasa tegang. Seperti baru saja mendengar ledakan raksasa. Mereka merasa sangat bersalah atas peristiwa ini. Karena merekalah yang menuntunku untuk masuk kedalam transaksi ini. Kredibilitas mereka dipertaruhkan. 
Seperti halnya aku yang tak bisa menyembunyikan kekecewaan. Semua tahapan sudah kulalui dengan sempurna. Apalagi ditemani Mc Dowel cs, yang direkomendasikan sendiri oleh sahabatku. Semua teknis juga sudah dijalankan sesuai prosedur. Tapi ternyata, saat harapan itu tinggal sejengkal lagi, semuanya gagal total.
“Anda harus menghubungi Chang di Shanghai. Dia menanti kabar dari Anda soal pencairan rekening tersebut,” John membuka kebisuan diantara kami. Aku baru menyadari hal terpenting yang hampir dilupakan. Aku harus segera mengabarkan situasi ini kepada Chang.
“Chang!”
“Ya,” terdengar jawaban dari seberang telepon.
“Kita punya masalah. Dokumen kepemilikan aset atas nama Anda tidak diakui oleh The Fed!”
“Lantas?”
“Seluruh hasil trading di-block. Karena pihak Global Aset Management tidak mendapatkan dukungan dari The Fed ketika akan menutup posisi trading atas nama kita.”
“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Chang.
“Tentu Anda lebih tahu, karena Anda pemilik sah aset ini. Aku hanya bertindak sebagai pihak yang mendapatkan mandat dari Anda.”
“Baiklah. Aku terpaksa melaporkan hal ini kepada pihak Beijing.”
“Terima kasih.”
Telepon terputus. Aku menatap ke semua tim. Mereka nampak bingung.
“Dari awal aku sudah curiga. Karena semua berjalan begitu mudah. Hingga akhirnya begini.” John berbicara tanpa tahu kepada siapa pembicaraan itu diarahkan. Namun aku menyadari yang dimaksud Jhon adalah diriku.
“Sudah berapa lama kamu mengenal Chang?” Tanya Godinez setelah sadar dari mana keanehan ini berasal.
“Ketika dia menyerahkan mandat penggunaan aset itu.”
“Sebelumnya tidak pernah?”
“Ya.”
“Siapa yang memperkenalkan Anda dengan Chang?” Tanya Godinez lagi, mencoba mencari pangkal persoalan kami. Rasa penasaran membuatnya seperti seorang investigator.
“Seseorang bernama Tomasi.”
“Hm… Siapa dia?”
“Seseorang yang diperkenalkan oleh sahabatku.  Berkewarganegaraan Mexico dan pernah tinggal di Jakarta.”
“Oh Tuhan. Hampir tidak bisa dipercaya. Kamu mempertaruhkan biaya operasional yang begitu besar untuk sesuatu yang tidak jelas. Mengapa kamu begitu yakin membayar kami dengan mahal dan menutup semua premi asuransi atas penggunaan aset tersebut?”
“Aku tidak punya pilihan.”
“Jak!” Seru John. “Ini adalah takdirmu. Kami rasa, tugas kami selesai sudah sampai di sini. Karena semua terjadi di luar batas kemampuan kami.”
“Aku mengerti. Terima kasih untuk waktu dan upaya Anda selama membantu transaksi ini.” Aku menyalami mereka satu persatu dan kemudian berpisah di loby gedung Global Aset Management. 
“Untuk kalian semua ketahui, aku akan mengajukan gugatan ke pengadilan,” kataku mantap. Mereka hanya mengangkat bahu. 
“Good luck!” hanya itu kata-kata yang terdengar dari mulut Jhon. Sementara yang lainnya hanya tersenyum.
Awal Desember, kabut putih memenuhi kota dengan udara dingin. Suhu udara Swiss 3 derajat celcius tidak membuatku menggigil. Pikiranku terlalu tertekan membayangkan dana tunai yang disediakan Budiman di Singapore ludes untuk transaksi sia-sia. Harapan untuk membayar hutang  di Bank Singapore terkubur sudah. Sementara Chang dan timnya tidak pernah mau peduli dengan semua biaya. Mereka merasa seperti sudah memberikan cukup banyak, dengan memberiku mandat atas aset yang mereka punya walau itu pun tidak gratis.
Dengan keadaan sekarang, aku menyadari bahwa Chang dan timnya seperti tidak berarti sama sekali. Aku merasa seperti di jebak dalam sebuah pertarungan besar untuk kepentingan orang lain. Inilah yang membuatku merasa menjadi pecundang. Terlebih kata-kata Chang terakhir yang menyebutkan bahwa dia akan melaporkan hal ini kepada pihak Beijing. Apa maksudnya ini? Apakah ada pihak lain yang berkuasa atas aset ini selain Chang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.