Florence bertanya kepada saya, apa engga terlalu tinggi ngayalnya Ganjar-Mahfud yang punya target pertumbuhan ekonomi 7% pertahun. Dulu juga waktu Jokowi kampanye targetnya 7% juga. Tetapi sampai sekarang tidak pernah diatas 6%. Boro boro 7%. ya gatot dah. Apalagi ke depan ekonomi global sedang tidak baik baik saja.
“ Saya tidak ingin membela buta Ganjar dan tentu tidak ingin membuat orang sampai menyamakannya dengan Jokowi. Artinya kalau Jokowi gagal mencapai pertumbuhan 7%, bukan berarti Ganjar juga akan gagal. Ganjar ya Ganjar. “
“ Ini masalah eskpektasi yang memang harus realistis.” Florence cepat menyela saya. Saya tersenyum.
“ Dulu juga Jokowi janjinya realistis. Itu kalau kita pahami kata katanya secara utuh. APa itu? syaratnya untuk mencapai pertumbuhan 7% itu adalah revolusi mental. “ Kata saya.
“ Dan faktanya Jokowi gagal melakukan revolusi mental. Dulu kita pilih dia karena ingin perangi mindset politik Orba karena banyak politisi era reformasi yang menerapkan politik dinasti. Kita berharap agar Jokowi lakukan perubahan itu lewat revolusi mental. Tetapi justru alih alih mengubahnya, malah dia ikut nyemplung dalam mindset Orba, mindset jadul.” Kata Florence. Ira sahabat saya dari tadi mendengar saja pembicaraan kami.
“ Loh beda dong orban dan era Reformasi. “ Kata Ira. “ Era reformasi kan pemilihan langsung. Wajar saja kalau anak mantu jadi walikota. Itu kan piliihan rakyat senidir.Salahnya dimana” Sambung Ira.
“ Duh Ira, anda tidak paham apa yang dimaksud dengan politik dinasti. Makanya baca buku yang benar. Anda kan S3. Politik dinasti itu lawan dari politik egaliter. Untuk jadi walikota gubernur, bahkan presiden, itu ada procedure dari sejak proses pencalonan oleh partai sampai kepada proses pemilu itu sendiri. Orang yang berkuasa dari kalangan bangsawan atau elite, punya akses lebih besar untuk melewati proses itu daripada orang miskin. Itu yang kita perangi. Paham lue. “ Kata Florence.
“ Ale, lanjut aja bahas pertanyaan gua yang pertama. Layak kah , target 7% pertumbuhan ekonomi itu ? Gua mau tahu secara akal sehat. Apakah Ganjar ngayal atau realistis. “ Kata Florence. Ira siap menyimak.
“ Yang harus kita pahami bahwa ekonomi kita itu beda dengan negara maju seperti China, AS dan Eropa. Beda. Data PDB kita menunjukan sekitar 50% lebih ekonomi kita ditopang oeh pasar domestik. Itu artinya pengaruh faktor eksternal tidak begitu significant terhadap ekonomi kita. Kalau kita focus kepada kebijakan inward looking, tentu potensi itu bisa jadi mesin ekonomi yang luar biasa untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. 7% bukan angka ambisius.
“ Darimana sumber daya keuangannya. Sementara kita terjebak dengan utang yang terus meningkat rasionya terhadap PDB.” Kata Ira.
“ Loan to Deposit Ratio per Maret 2023 80,5%. Perhatikan data berikut. 64,2 juta atau 99,99% unit usaha di Indonesia adalah UMKM. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit perbankan masih dibawah 30%. Sisanya diatas 50% porsi kredit korporat yang jumlahnya dibawah 1% dari populasi dunia usaha. Nah saya yakin Ganjar -Mahfud meliat potensi ini. Dia pasti akan lakukan reposisi alokasi dan distribusi modal itu ke UMKM. Kalau dia bisa naikan diatas 30% porsi LDR, katakaanlah 32% saja, mesin ekonomi kita bisa lari kencang. Pertumbuhan 7% bukan mimpi “ Kata saya.
“ Terus gimana dengan korporat dan BUMN kalau porsi modal mereka dikurangi ? Kata Ira mengerutkan kening.
“ Ya mereka kan besar, punya SDM hebat. Suruh mereka cari uang di luar negeri. “ Kata saya tersenyum.
“ Ya. Jangan jago kandang. Makan rumput di pekarangan sendiri. Itu bego dan rakus namanya. Udah dapat konsesi dari negara, kok duit juga minta dari bank dalam negeri. “ Sela Florence. “ Tuh liat ALe, sekarang utang GI semua dari luar negeri. Pada saat covid dia restruktur utang perusahaan. Dia refinancing semua lewat utang luar negeri. Gua tanya kenapa? dia jawab, Malu gua sama rakyat kecil. “ Sambung Florence.
“ Tapi perlu kepastian hukum kalau begitu” kata ira.
“ Makanya wakilnya Mahfud, orang yang dikenal bukan hanya ahli hukum, tetapi juga pejuang prodem, dan lahir dari keluarga agamais dari rakyat jelantah yang miskin. Kita bisa berharap Mahfud mampu menegakan hukum. Rekam jejaknya membuktikan itu. Kasus Asabri itu dia yang bongkar, termasuk kasus TPPU yang sulit dibongkar, dia bongkar. Bahkan dia buru obligor BLBI. “ Kata florence. Saya senyum aja. Hening. Akhirnya ira berkata’ Kalau gitu gua pilih Ganjar-Mahfud. Prabowo -Gibran? no way lah.." Kata Ira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.