Sabtu, 01 Juli 2023

Uang Jin dimakan setan.

 


Mungkin sebagian anda mengenal Tsingshan. Salah satunya Smelter nikel  di kawasan industri Morowali yang membentang seluas 2.000 hektare dengan 44.000 pekerja. Dilengkapi bandara, pembangkit listrik dan pelabuhan. Pemiliknya adalah Xiang Guangda. Dia dikenal Raja Nikel dan Big Shot. Dia Merintis karier awal sebagai mekanik di perusahaan perikanan negara. Kemudian dia keluar untuk wirausaha bidang pertambangan. Kerja keras dan kecerdikan nya sehingga dari usaha tambang keicl menjadi raksasa.


Guangda dealing dengan Glencore, sebuah perusahaan perdagangan komoditas dan pertambangan multinasional Anglo-Swiss dengan kantor pusat di Baar, Swiss. Glencore  menempati peringkat ke-415 di Forbes Global 2000 pada tahun 2021. Untuk menjaga harga nikel tidak jatuh dimasa depan, Guangda meminjam nikel dari Glencore untuk trasaksi short di market. Berapapun volume, orang percaya kepada Guangda. Karena dia raja nikel


Guagda pinjam nikel katakanlah 100.000 ton dengan harga $25,000/ton dari Glencore. Seperti biasanya kalau harga turun, katakanlah USD 15,000. Dia akan beli nikel itu dipasar sebesar 100.000 dan mengembalikan nikel itu kepada Glencore. Dia bisa untung USD 10,000/ ton. Hitung aja berapa profitnya kalau dikalikan volume 100,000 ton. Yang jadi masalah, Guangda apes. Perang rusia ukrania membuat harga nikel melambung sampai USD 100,000. Itu artinya kerugian 400 persen. 


Sesuai kontrak, Glencore tagih kepada Guanda sebesar USD 10 miliar. Guangda engga ada duit. Dia terpaksa lepas sahamnya yang ada Tsingshan holding kepada Baowu Steel Group untuk bayar utang. Itu Glencore pendirinya Marc Rich. Dia pemain hedge fund yang legendaris. Marc pernah didakwa di Amerika Serikat atas tuduhan penghindaran pajak, penipuan, pemerasan, dan membuat kesepakatan minyak dengan Iran selama krisis embargo ekonomi Iran. Dia melarikan diri ke Swiss dan tidak pernah kembali ke Amerika Serikat.  Pada 20 Januari 2001, Pas hari terakhir Clinton menjabat, dia menerima pengampunan luas dari Presiden AS Bill Clinton. Beakangan diketahui, istri Marc, Denise, telah memberikan sumbangan besar kepada Partai Demokrat. Tampaknya Glencore memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan Washington, namun Marc Rich meninggal dunia pada tahun 2013. 


Guangda kena karma. Karena Guangda kaya mendadak dari smelter nya di Indonesia yang cost nya sangat rendah dibandingkan negara manapun. Dia pecundangi pemerintah Indonesia, dan setelah kaya dia kena pencundangi pemain hedge fund. Uang jin dimakan setan. Memang pemain hedge fund itu mencari target orang yang mudah dapat kekayaan dan mindset kampungan.


***

Solusi program hilirisasi.


Saya sangat mendukung Hilirisasi. Karena hanya itu cara yang rasional untuk kita bisa mendapatkan nilai tambah dari SDA. Tapi tentu cara itu harus dilakukan secara jenial. Tidak dengan agenda personal atau kelompok tetapi agenda nation interest semata. Saya memberikan catatatan dulu untuk realisasi hilirisasi Nikel dan terakhir saya akan memberikan solusi. 


Pertama. Kajian awal Kedeputian Pencegahan dan Monitoring KPK mengungkap ekspor ilegal bijih nikel justru marak ketika Jokowi memberlakukan kebijakan tersebut pada 1 Januari 2020. Kantor bea dan cukai Cina mencatat importasi bijih nikel dari Indonesia sepanjang Januari 2020 hingga Juni 2022 sebanyak 5,3 juta ton. Ekspor ilegal ini tidak kecil tetapi sangat besar. Mengapa terjadi? karena perbedaan harga lokal ore dengan harga shanghai market beda 100%. 


Jadi kebijakan hilirisasi itu ditunggangi oleh kepentingan kelompok yang sangat kuat pengaruhnya dengan kementerian yang punya otoritas mengawasi pelabuhan dan tata niaga ekspor.  Bayangin aja ekporter ilegal itu bisa tembus Beacukai, Syahbandar, Bakamla, Polisi perairan, Imigrasi.  Makanya harus dievaluasi program hilirisai tiu.


Kedua. Intervensi negara dalam bentuk insentif dan larangan ekspor mentah itu telah membuat dominasi smelter sangat besar. Mereka tidak dibebani dengan ongkos lingkungan hidup yang rusak akibat penambangan nikel. Namum hidup mati penambang nikel mereka yang tentukan. Bukan rahasia bila pejabat dan aparat jadi broker penambang untuk dapatkan kontrak kepada Pengusaha Smelter. Yang penambang kelas kakap lobinya makin tinggi. Bukan jual kepada smelter tapi ekspor mentah dengan harga 100% lebih tinggi daripada jual ke smelter. Jadi program hilirisasi ini justru menciptakan rente.


Ketiga. Walau ekspor nikel meningkat ratusan persen dibandingkan dengan sebelum adanya smelter. Tapi nilai devisa yang bisa didapat pemerintah tetap rendah.  Karena sebagian besar smelter dibangun dengan skema investasi couter trade. Pembayaran investasi dalam bentuk barang. Devisa hanya ada dalam catatan doang. Pendapatan pajak juga rendah dari nikel. Karena adanya insentif pajak ekspor produk olahan nikel dan tax holiday. Jadi progam hilirisasi yang penuh gebyar itu menciptakan paradox.


Nah apa solusinya.?


Ya, pemerintah harus ciptakan ekosistem bisnis hilirisasi. Caranya ? pemerintah harus bangun KEK khusus pengolahan nikel. Ini termasuk wilayah bebas pajak. Tidak boleh ada lagi smelter ada di luar KEK. Tentu KEK ini dilengkapi pelabuhan berkelas international. Karena KEk dilengkapi sistem warehousing pabean untuk produk antara nikel, maka akan mudah pemerintah mengontrol keluar masuk barang. Dengan cara ini ekosistem bisnis tercipta. Maka relokasi industri barang umum ( Downstream ) yang terbuat dari nikel akan terjadi meluas. Karena motif ekonomi selalu Industri dibangun mendekati bahan baku.


Kita sudah punya pelajaran berharga di masa lalu membangun industri hilir hasil hutan di era Soeharto. Pengusaha pabrik Playwood dapat insentif besar tapi hasilnya hutan gundul dan negara tetap dibebani hutang, dan kini kita rasakan dampak buruknya pengeolaan SDA itu. Apakah kita akan ulang lagi kebodohan masa lalu? Kalau ingin berani, beranilah dulu kepada musuh terdekat kita, yaitu para seeking rent ( pencari rente). Karena musuh terbesar kita bukan pihak luar tapi diri kita sendiri..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.