Minggu, 03 April 2022

Soft power vs hard power


 


“ Uda, mau tanya? Chatt Yuni 


“ Ya tanya aja”


“ Yuni baca buku tentang politi. Judulnya The New Politics of National Security. Bagus tapi tetap engga paham. “


“Oh itu buku yang ditulis oleh Michael E. O'Hanlon. Untuk paham kamu harus baca juga buku, The Future of Power. Ditulis oleh Joseph Nye, yang juga menulis buku, Soft Power: The Means To Success In World Politics. Baca buku itu. Kamu akan paham.”


“ Uda jelasin aja. Kalau uda jelasin apa saja jadi mudah dipahami. Entar kalau baca lebih enak. Apa bedanya hard power dengan soft power “


“ Gini ya. Katakanlah pria  bertemu wanita di jalan di tempat gelap. Dia tabrak wanita itu untuk memuaskan libidonya. Ada dua kemungkinan terjadi. Pertama wanita itu teriak. Orang lain mendengar dan dia akan jadi bulan bulanan orang banyak. Berujung masuk penjara. Kedua, dia tidak akan mendapatkan kehangatan cinta dengan cara memperkosa. Kecuali hanya memuaskan libido barang sejenak. Mungkin hanya sekian detik saja.


Lain kasus. Pria bertemu dengan wanita di tempat gelap. Dia tegur dengan sopan. Kemudian dilindungi melewati gelap itu sampai ke tempat terang. Diapun kenalan dengan wanita itu  dan saling berjanji untuk tetap berhubungan. Lain hari dia  bertemu lagi dengan wanita itu dalam suasana santai. Lain waktu, hubungan semakin akrab. Saling berbagi pengalaman. Saling mencoba memahami. Akhirnya saling check in hotel, pergi ketempat tidur dalam suana hangat penuh cinta dan pasti tidak terburu buru seperti orang memperkosa.


Perhatikan dari dua contoh diatas. Tujuan sama. Tempat lobang sama. Tetapi proses berbeda. Yang satu melalui paksaan. Memang mudah dapatkan libido tetapi resiko sangat besar. Manfaat hanya sebatas libido saja. Tetapi lewat keramah tamahan dan keakraban, itu berposes menjadi saling percaya dan akhirnya jatuh cinta. Libido tersalurkan, kehormatan didapat, kepuasan pasti dirasakan. Dua hal itu dalam politik disebut dengan hard power seperti diktator atau tirani atau politik identitas atas nama agama dan satu lagi soft power melalui process demokrasi atau social engineering. Paham”


“ Eh analogi sepeti ini paham banget nget nget. Jempol udaku. Makin kangen nih”

“ Ya udah ya. Lanjutin baca bukunya. “


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.