Minggu, 16 Februari 2020

Business dan Politik


Sebelum dia kembali ke Hong Kong, dia sempatkan untuk menemuiku kembali. Seperti biasa dia mengundang aku makan malam di tempat favorit dia, Trade Center Dubai, La Petite Maison restaurant. Kali ini dia keliatan santai. Tidak nampak lelah. “ Dari siang engga ada kesibukan. Besok siang pulang ke Hong Kong” katanya dengan senyum mengambang. Menunjukkan sikap hospitality nya.

“ Oh ya. Jadi sekarang waktu hanya untuk ku.”

“ Ya kita makan malam. Dengar musik dan dance. Sedikit minum agar tidur bisa pulas. “Katanya penuh arti. Bagiku itu biasa saja. Dia seorang pelobi. Aku sudah biasa bertemu dengan orang seperti dia. Tapi untuk saat ini, untuk pertemuan demi pertemuan denganku, sampai kini tidak ada motif dia melobiku. Kalaulah dia ingin wanita, tentu banyak wanita cantik di Dubai ini yang bisa diajak diner. Bahkan dia bisa sewa escort premium untuk memanjakannya. Tetapi , denganku, ya dia sahabatku.  Ternyata betemu sahabat baginya, di waktu senggang, jauh lebih nikmat daripada memanjakan diri.

“ AS katanya pro demokrasi, pejuang HAM, moderat, mempromosikan good governance. Tetapi faktanya mereka menyokong pemerintahan monarkhi yang mengharamkan demokrasi. Mereka pelanggar HAM terbesar di dunia dengan intervensi milier di Timur Tengah dan Asia Tengah, termasuk Asia Tenggara.  Bahkan penjara yang benar benar melanggar nilai HAM seperti penjara Guantanamo mereka ciptakan khusus untuk teroris dari seluruh dunia. Mereka katanya mendukung muslim moderat tetapi faktanya mendukung gerakan islam radikal seperti Al Qaeda. Katanya mengutamakan good governance tetapi faktanya skandal moneter  terus terjadi di AS. Mengapa punya standar ganda ? Katanya. Bagiku ini pertanyaan bagus namun bertanya untuk mengundang dialogh. Ok, lah.

“ Pernah dengar istilah roll-back strategy? 

" Belum. Apa itu ?

" Itu kebijakan AS, yang tertuang dalam National Security Council Memorandum 68 pada 1950. Intinya, apapun kebijakan luar negeri  AS harus dengan syarat yang menguntungkan domestik. Nah pengertian domestik disini adalah kepentingan korporat.  Kebijakan ini berpotensi menciptakan musuh dan teman. Musuh adalah negara yang tidak patuh dengan syarat AS. Teman, adalah negara yang patuh dengan syarat AS. Kalau karena kebijakan itu, AS harus melanggar HAM, mengabaikan nilai nilai demokrasi terhadap negara lain, itu engga ada urusan.  Bahkan melalui Policy Planning Study 23 semakin nampak double standar nya.  Karena kadang AS menggunakan alasan HAM dan demokrasi untuk menjatuhkan rezim yang tidak patuh, tapi pada waktu lain  mendukung rezim yang anti HAM dan anti demokrasi. Kadang terlibat intervensi negara lain yang berdampak merusak nilai demokrasi dan HAM."

" Oh i see.”

“ Kalau memahami itu, maka kita akan paham bagaimana pengaruh dan peran korporat dalam kebijakan politik luar negeri AS. Maklum sistem kapitalisme yang diterapkan AS, sebagian besar mesin ekonominya digerakan oleh sektor swasta. Dari sektor swasta itu jumlah TNC hanya 1%. Namun 1% TNC itu memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 24%. 26% penyediaan lapangan kerja di AS berasal dari TNC. Lebih dari separuh ekspor nasional AS berasal dari TNC. Total asset TNC itu hampir 1/3 dari PDB dunia. Secara global mereka memimpin dalam bidang riset industri dan tekhologi tinggi. 40% penguasaan sumber daya di luar negeri dimiliki oleh mereka. Itu di semua sektor.  Karena mereka beroperasi di seluruh dunia. Makanya sangat wajar bila TNC itu sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri AS, termasuk kebijakan soal perburuhan, investasi dan perdagangan"

“ Jadi sumber masalah membuat AS itu bersifat standar ganda karena sebetulnya AS itu menjalankan kepentingan pemodal. Bekerja untuk kepentingan pemodal”

“ Ya tentulah. Sumber pendapatan AS dari Pajak, dan itu 60% berasal dari TNC. Jadi jelas ya, siapa boss sebenarnya. Presiden hanya manager dari kelompok TNC. Dan hebatnya TNC itu jumlanya hanya ratusan. Bandingkan dengan jumlah rakyat AS yang 332 juta.  Secara ekonomi memang hegemoni AS ada pada TNC, tentu dunia juga.  Sementara para TNC bekerja dengan prinsip kapitalisme.”

“ Bagaimana bisa TNC begitu besar pengaruhnya. Padahal awalnya walau AS menerapkan kapitalisme peran swasta masih dikendalikan lewat market regulated”

“ Penomena ini datang setelah tahun 1980 an sejak Milton Friedman memperkenalkan bahwa Pasar berdiri tampak lebih luhur ketimbang Negara. Seri ceramah TV Friedman, Free to Choose, jadi alkitab bagi mereka yang ogah atau jera akan campur tangan Negara dalam ekonomi.”

"  Dan karena pemahaman Friedman itu, seakan kekuatan korporat dan privat semakin  dapat pembenaran untuk mengontrol  kekuasaan birokrat dan politik" Katanya.

" Ya. Karena orang tidak melihat keadaan menjadi lebih baik bila segala sesuatu negara yang mengendalikan dan pemerintah terlalu kuat menentukan nilai."

“ Bandul kekuasaan semakin kepada korporat, dong ? Keliatan dia semakin tertarik.

“ Ya. Itu ada argumen yang rasional. Karena kapitalisme yang diatur itu, lahir dari DPR dan pemerintah hasil pemilu. Sementara mereka sudah kehilangan reputasi ketika mereka menang juga karena bantuan modal dari swasta. Apa yang bisa diharapkan dari pemerintah seperti itu?. Mereka kumpulan orang culas dan orientasinya juga uang. Friendman, tahu betul itu dan ia berargumentasi, kalau negara ingin kuat dan stabil maka perlu ada deregulasi dan privatisasi. Artinya sejauh mungkin peran negara dan pemerintah mengatur. Serahkan kepada swasta semua.

"  Ya kan, pembenaran yang culas, kapitalisme ternyata juga ingin mengkudeta kekuasaan publik ? katanya.

" Negara itu sesuatu yang buruk. " kataku sambil lalu seraya menyantap makan. " Pasar itu selamanya penting. George Soros kemudian menyebut pandangan macam itu fundamentalisme pasar; Paul Krugman menamakannya absolutisme laissez faire.  Kalau pasar diatur, gairah kapitalisme hilang.
Sebetulnya, pasar bebas itu baik karena mengakibatkan harga barang murah. Pasar bebas itu baik karena melahirkan budaya kompetisi yang fair. Pasar bebas itu baik karena meningkatkan mutu. Itu sebabnya setelah AS  masuk dalam sistem neoliberal, ia menekan agar kebijakan setiap Negara harus menjamin terlaksananya rezim neoliberal ini. Para kreditur international mensyaratkan ketaatan Negara penghutang untuk mengikuti pola berpikir ini. Kalau tidak ,sumber pendanaan tidak mengalir. Kampanye pasar bebas untuk kebaikan konsumen terus disuarakan AS sebagai kelanjutan dari kesepakatan mutilateral yang sudah ditanda tangani.” kataku.

“ Namun, pasar bebas itu jahat kalau mengakibatkan harga barang naik, kompetisi tidak fair, mutu jelek. Itulah dasar berpikir pasar bebas sebagai derivative dari neoliberal.  Saya punya analogi sederhana.”. Katanya menimpali. “ Telekomunikasi di Indonesia ada banyak dan tariff menjadi bersaing. Kalau kita pergi kepasar retail akan nampak berbagai produk consumer goods. Kita lihat mereka berkompetisi untuk itu. Tapi tahukah anda bahwa produk dan jasa itu tidak datang dengan sendirinya. Ia merupakan akibat dari ketersediaan , pertama,  dibuat dengan berbagai bahan campuran non natural yang merupakan proses dari Chemical industry, biotechnology. High technology. Kedua, untuk membuatnya memerlukan mesin canggih. Ketiga , Untuk membangunnya memerlukan modal. Ketiga hal ini pengadaannya hampir sebagian besar dikuasai oleh Transnasional Corporation ( TNC). Jumlah TNC ini tidak banyak sebagai holding Corporation namun anak perusahaannya ribuan jumlahnya.

Hampir semua kebutuhan lahiriah kita seperti Makan, minum, pakaian, kendaraan, kesehatan, obat obatan, hiburan dan lan lain, pasti berujung kepada penguasaan TNC. Kehebatan TNC ini mereka segelintir saja jumlahnya di planet bumi ini. Berdasarkan Fortune Global, AS menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki 140 TNC. Negara UniEropa sebanyak 163 TNC, Jepang sebanyak 68 TNC dan China hanya 37 TNC. Keberadaan TNC ini sudah menggurita dan kepemilikannya sudah terdistribusi secara sistematis diantara orang kaya di dunia melalui sistem pasar modal dan pasar uang yang borderless.

Sifat TNC selalu ingin biaya produk atau jasa semurah mungkin dengan harga jual setinggi mungkin. Ini hukum ekonomi yang diajarkan di berbagai kampus di dunia. Dengan philosopi ini ,maka management bekerja keras untuk memuaskan pemegang saham agar mendapatkan dividen tinggi. Memuaskan negara agar mendapatkan pajak tinggi. Memuaskan karyawan agar mendapatkan bonus dan gaji tinggi. Keadaan ini berlangsung terus hingga melahirkan komunitas eksklusif yang membawa budaya brengsek seperti sikap individualisme, konsumerisme, hedonisme, oportunis, anti religi, dan lain sebagainya.

Suka tidak suka, kenyataanya keberadaan TNC telah membuat negara yang berbasis paham demokrasi kapitalis , pemimpinnya tak berdaya untuk bersikap berlawanan dari kehendak TNC tersebut. Dari komunitas TNC yang segelintir itu, kita hidup dalam diktator kapitalis yang mengakibatkan ketidak adilan terjadi dimana mana.” Katanya panjang lebar. Aku suka.

“ Kamu tahu, menurut survey Harvard,  45% politisi yang pensiun dari senat, mereka menduduki jabatan komisaris dan sebagian besar itu adalah lembaga keuangan papan atas, dan holidng company dari TNC yang beroperasi di seluruh dunia. Tentu mereka yang duduk di TNC itu punya akses ke kekusaan AS. Nah konspirasi tidak bisa dihindari.” Kataku.

" Sistem kapitalis jadi lumpuh ketika konspirasi terjadi antara otoritas dan swasta.  Dampaknya bukan hanya soal kehancuran ekonomi domestik AS tetapi juga menyeret AS dalam konflik di banyak negara dengan alasan UUD dan PBB, menciptakan kekacauan di banyak negara yang bersinggungan dengan kepentingan korporat. Dan tahun 2008, teori Friedman yang mengusung neo liberal yang jadi hadith AS, justru membuat moneter AS terjerembab akibat jatuhnya wallstreet dengan mega skandal Lehman. Pasar bebas menimbulkan paradox. Bukan hanya Amrik yang tekor tetapi juga dunia. 

Sampai kini negara di dunia masih bergelut keluar dari krisis global. Orang tidak lagi merasa bebas ketika likuiditas mengering dan harga melambung tak terjangkau lagi. Yang kaya jatuh miskin dan yang miskin kehilangan pekerjaan. Financial freedom lewat berhutang justru memenjarakan kebebasan itu sendiri. Kebebasan pasar dan kekuatan negara sama buruknya.” 

“ Baguslah.” Kataku sekenanya.

“ Loh ???

“ Ya itu artinya dengan adanya krisis , semakin besar ketergantungan publik kepada TNC, dan tentu semakin lemah negara dihadapan publik, dan semakin besar tergantungan pemerintah dan rakyat kepada TNC.” 

“ Duh teganya. Pantas Trump nampak bego dan bekerja ngawur. Karena dia tahu, dia hanya menager yang melaksanakan kepentingan TNC, bukan rakyat AS, apalagi dunia. Termasuk memaksa AS masuk dalam perang dagang dengan China, dan merugikan ekonomi global”

“ Makanya kalau kita memahami politik harus menyadari bahwa semua karena bisnis.  AS menginvasi Irak itu karena mendukung bisnis oil dan Gas. AS terlibat di Suriah, Libia, Mesir, Yaman,  juga karena kepentingan bisnis migas.  Perseteruan dengan Iran, juga dengan alasan sama yaitu minyak dan gas. Konflik laut China selata juga sama. Karena sumber daya alam yang tersimpan di ZEE itu besar sekali. Kasus di Myamar juga juga sama. Termasuk Indonesia yang punya SDA besar tak lepas dari pengaruh kebijakan AS untuk kepentingan bisnis. Bahkan dibalik kebijakan WTO, IMF, World Bank, semua mengarah untuk kepentingan bisnis. Itu semua sumber daya ekonomi yang menjadikan TNC mendulang laba tak terbilang. Dunia boleh krisis, tapi para boss TNC semakin kaya, dan kaya.”

“ Ya paham saya. Termasuk perang proxy, dimana TNC juga terlibat membiayai proxy di negara manapun yang ngeyel dengan kebijakan luar negeri AS. “

“ Bahkan TNC menggunakan infrastruktur keamanan AS di bidang inteligent untuk membantu sekutunya atau menghabis musuhnya. Termasuk ikut dalam pembiayaan pemilu demokratis agar proxy nya menjadi penguasa, dan bahkan bila perlu ikut membiayai kudeta terhadap rezim yang bandel. Terorisme itu seni mereka menciptakan rasa takut, agar rakyat semakin tergantung rasa aman kepada rezim yang mereka dukung. "

" Ya. Makanya ada istilah, kalau ingin menghabisi terorisme bukan memeranginya, tetapi berhentilah membiayainya. Selagi TNC masih mengontrol kekuasaan, selama itu juga HAM hanya omong kosong. Teroris akan terus ada.” Katanya. Aku hanya tersenyum.

" Ya mereka memang rakus. Karenanya tidak akan cukup dunia ini bagi mereka." Kataku.

“ Soal rakus itu, aku tertarik dengan pendapat Amartya Sen dalam tulisannya di The New York Review of Books bertanggal 26 Maret 2009, ia menyebut bahwa para penerus Adam Smith, pemikir yang sering disebut sebagai bapak paham kapitalisme itu, telah keliru bukan karena sang bapak salah. Mereka keliru karena Smith, dalam bukunya yang pertama, The Theory of Moral Sentiment, bukan orang yang menganggap kehidupan bersama adalah sesuatu yang hanya dibentuk oleh Pasar, oleh kepentingan diri dan motif mencari untung. Smith, sebagaimana dikutip Sen, juga berbicara tentang perlunya perikemanusiaan, keadilan, kedermawanan, dan semangat bermasyarakat. Dan itu adalah sifat-sifat yang tak menentang Pasar. Mereka justru diperlukan Pasar agar berjalan smooth.

Tahun 2013 sampai sekarang ada ratusan Mall di China. AS , Eropa ditutup karena ditinggalkan pelanggan yang beralih kepada belanja online. Pasar tidak perlu menciptakan nilai tambah selain komoditas dan kualitas. Pasar tersedia, dan mata rantai distribusi terputus oleh semangat gotong royong antara produsen dan konsumen yang juga sebagai market maker. Ini semua terjadi bukan hal yang baru tetapi sudah dingatkan oleh Adam Smith jauh sebelumnya. Tukar-menukar komersial tak dapat berlangsung secara efektif sampai tumbuh moralitas bisnis atas dasar trust, misalnya tak perlu packaging dan etalage mewah untuk mendapatkan harga pantas.” Katanya dengan retorik.

“ Kapitalisme yang berorientasi laba selamanya mendapatkan dukungan moral. Karena tanpa laba tidak akan terjadi fungsi sosial yang berkelanjutan. Tanpa kreatifitas dan kerja keras hanya menghasilkan pengemis dan tukang ngeluh yang mudah jadi korban peradaban seperti adu domba karena SARA” Kataku tetap dengan prinsip pemaham kapitalisme.

“ Hal ini dipahami betul oleh China ketika membuka diri dari tirai bambu. China masuk dalam pasar kapitalis tapi tidak menjadi kapitalis. Keberadaan TNC dilawan dengan memperkuat industri hulu, industri strategis lewat penguasaan BUMN yang kuat dan terorganisir dengan baik. Walaupun TNC masuk ke China tapi tidak untuk mengontrol tapi dikontrol secara sistematis oleh negara lewat cross ownership, control currency dan lain lain. Akibatnya semua kekuatan dunia usaha tetap berbasis kepada kepentingan dalam negeri china sendiri. Crisis Global kemarin ini , adalah puncak dari pertarungan antara system China dan Kapitalis ala barat. Banyak TNC di Eropa, AS , Jepang mulai limbung dan berteriak minta tolong kepada pemerintahnya. Tapi China terus melaju masuk kepasar yang sudah terlanjur diregulasi dunia untuk menjadi bebas dengan harga murah.

Banyak ekonom dunia berpikir bahwa crisis ini dapat diatasi dengan cepat. Tapi nyatanya sampai kini terus berlanjut. Beberapa perusahaan raksasa seperti JAL di jepang sudah merumahkan karyawannya. Akan banyak lagi TNC yang akan merumahkan karyawan ditahun tahun mendatang. Biang persoalannya adalah budaya kapitalis yang terlanjur memanjakan para pemegang saham, karyawan, pemerintah , tidak mudah dihentikan. Ini adalah crisis kebudayaan. Apakah karyawan TNC mau digaji murah seperti buruh di China?, Apakah pemegang saham mau mendapatkan yield rendah seperti pemegan saham di China?, Apakah pemerintah mau menerima pajak rendah seperti pemerintah China ? inilah masalahnya. Jangan salahkan china bisa menjual harga barang murah. Perang dagang antara Cina dan AS, itulah sisi kelemahan kapitalisme dari AS” katanya. Aku tersenyum. Soal ekonomi dia memang paham dan aku suka mendengar dari perspektif praktisi.

“ Tentu Cina bisa lakukan ini karena sistem politik yang terpusat dan anti demokrasi. Jelas saja China dengan mudah mengelola kapitalis seperti agenda sosialis. “

“ Nah artinya, kapitalisme itu tetap baik bila tidak bebas, Selagi kapitalis itu diatur lewat market regulated, ia tetap punya sisi kemanusiaan dan keadilan sosial. Tetapi benar kata kamu, untuk bisa regulated memang harus dengan sistem kepempiminan terpusat. Engga bisa menerapkan otonomi dan sitem demokrasi  bebas. “ 

Tapi AS bersama sekutunya sedang berusaha melemahkan China agar mau membuka regulated itu menjadi bebas, setidaknya lewat pasar uang. Dengan demikian rezim kapitalisme dan budaya culas bisa terus berkembang tanpa terdistorsi oleh ulah China." kataku.

"  Kita liat aja nanti. China tidak semudah itu ditaklukan. Terus gimana dengan Indonesia, hubungannya dengan pengaruh China?

“ Memang Sejak era Soeharto, dan jatuhnya Soekarno, sampai dengan era SBY, yang menyedihkan adalah dalam pertarungan global antara China dan AS, Indonesia justru menempatkan diri sebagai penyokong AS. Potensi sumber daya alam , pasar, penduduk, dipesembahkan sepenuhnya untuk kepentingan TNC. Di era Jokowi, Indonesia sudah bersikap netral. Itu sesuai dengan amanah UUD 45. 

Sebelum ekonomi menjadi kekuatan real dunia, eksistensi china dalam percaturan politik global tidak begitu berpengaruh. China lebih focus ke dalam negeri. Namun sejak ekonomi China menjadi nomor dua terkuat dunia, china mulai diperhitungkan. Sebetulnya politik luar negeri china lebih kepada kepentingan domestik. Karena UUD china melarang melakukan agresi dan penyebaran indiologi ke negara lain. Namun bagi AS, china menjadi ancaman serius."

" Mengapa? 

" China yang sebelumnya lebih memilih diam atas sikap AS yang mau menang sendiri, namun belakangan china mulai bersikap. Sikapnya, bukan mengancam AS tetapi lebih menuntut keadilan dalam konteks Geostrategis dan geopolitik. Karena ini berkaitan dengan kepentingan domestik china. Kebetulan perseteruan china dengan AS itu berhubungan dengan faktor sejarah, yaitu konplik kawasan belahan Timur Jauh dengan potensi konflik Laut Cina Selatan (LCS) wilayah perairan yang memanjang dari Barat Daya ke arah Timur Laut, berbatasan di sebelah selatan dengan 3 derajat lintang selatan antara Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan (Selat Karimata) dan sebelah Utara dibatasai oleh Selat Taiwan dari ujung utara ke arah pantai Fukein. Di dalamnya ada Indonesia, Vietnam, dan terus Jepang dan Taiwan. Hanya Indonesia yang tidak berkaitan dengan AS. Makanya masalah Indonesia dengan china di laut china selatan khususnya wilayah Natuna dapat diselesaikan secara bilateral. China menghapus catatan wilayah Indonesia masuk dalam komplik laut china selatan.

Tetapi negara lain selain Indonesia dikawasan itu masih berseteru dengan china, dengan terus di shadow oleh AS. Makanya sulit untuk selesai. AS sangat serius terhadap konflik laut china selatan. Terbukti AS dan sekutunya menempatkan 13 pangkalan militer mengitari wilayah Indonesia. Itu artinya kalau Indonesia berkoalisi dengan China, maka kekuatan militer AS tidak sulit menguasai Indonesia untuk memotong jalur logistik china. Tetapi Indonesia tidak memihak kemanapun. Dasar Indonesia adalah Konvensi PBB tentang Hukum Laut atau UNCLOS ( United Nations Convention on the Law of the Sea). Bahwa Indonesia harus memberikan izin perairan teritorialnya digunakan sebagai jalur pelayaran niaga kapal asing tanpa diskriminasi namun tetap memberi hak Indonesia menjaga kedaulatannya dilaut terutama menjaga kekayaan di laut. Yang jadi masalah antara china dan AS adalah konplik laut China selatan juga belakangan masuk ke konflik Indo pacific. "

" Mengapa ? 

" Karena kepentingan china menjaga jalur pelayaran yang dikuasai AS atas Pacifik. Maklum China memberikan bantuan dana besar ke Australia untuk mendapatkan sumber daya alam berupa besi dan nikel yang sangat dibutuhkan oleh Industri dalam negeri China. Dalam rangka melancarkan sistem dan strategi tempur di laut, China memberikan bantuan uang kepada negara kepulauan yang ada di pacific. Ini penting kalau terjadi konflik, pulau itu akan jadi pangkalan logistik perang China. Satu satunya wilayah di pacific yang tidak sepenuhnya dikuasai AS adalah Papua. China percaya bahwa Indonesia tidak akan memihak ke AS. Indonesia akan netral.

Sementara bagi AS, sikap netral Indonesia mengancam hegemoni AS dan sekutunya Jepang, Australia dan Inggris di Papua. Maklum setidaknya terdapat enam perusahaan besar yang beroperasi di Papua, yakni Hillgrove Resources, Freeport McMorant, Killara Resources, Painai Gold, Queensland Nickel, Rio Tinto, dan Santos. Sementara China, perusahaan yang berbasis di Papua, yakni China National Offshore National Oil Cooperation (CNOOC). Dan tahun ini akan tambah satu lagi yaitu Anhui Conch Cement Company, yang menghasilkan semen dengan kapasitas produksi hingga 25 juta ton. Dari hasil produksinya di Papua, semen itu disamping untuk kebuthan Papua, juga diekspor ke Papua Nugini – salah satu negara Pasifik yang menerima bantuan luar negeri terbesar dari Tiongkok. Bagi Indonesia tidak ada diskriminasi. Semua perusahaan itu tunduk dengan UU dan aturan Investasi di Indonesia.

Jadi perseteruan antara china dan AS yang kebetulan Indonesia ada di tengah tengah memang rawan konflik dalam negeri Indonesia. Apalagi Indonesia adalah negara demokrasi yang punya banyak potensi konflik terutama faktor SARA, yang mudah dimanfaatkan oleh proxy AS untuk menciptakan instabilitas di wilayah Indonesia. Sehingga Indonesia terpecah dan lemah. Yang untung ya AS. Rakyat akan jadi korban seperti ketika era Soeharto, dimana Indonesia jadi boneka AS, dan sumber daya dikuasai AS beserta sekutunya. Semoga kita sebagai anak bangsa menyadari ini." Kataku. 

Dia mengangguk setuju. Kami akhiri diskusi. Berjanji akan melanjutkan lain waktu. 

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.