Biaya ticket pesawat itu ditentukan dua jenis biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap itu terdiri dari biaya karyawan/administrasi, sewa pesawat atau bunga bank. Biaya variable terdiri dari biaya bahan bakar dan Biaya perawatan yang dihitung berdasarkan jam terbang. Komponen terbesar biaya pesawat itu adalah biaya variable. Kalau anda pernah belajar akuntasi, mungkin sedikit paham. Bahwa semakin banyak penumpang ( load faktor ) maka biaya variable dan biaya tetap akan turun. Contoh, untuk terbang ke Medan dari Jakarta. Katakanlah biaya variable dan biaya tetap pesawat adalah Rp. 10 juta. Maka kalau penumpang bisa didapat 100 maka biaya per penumpang jadi Rp. 100.000. ( Makin banyak penumpang semakin murah cost per seat). Nah ditambah sekian persen margin yang diiginkan, maka jadilah harga jual ticket pesawat. Tentu harus ditambah lagi biaya asuransi dan Pajak.
Dengan perhitungan tersebut diatas, maka kalau anda perhatikan tadinya maskapai penerbangan yang menerapkan LCC ( low cost carrier ), dapat menjual ticket dengan sangat murah. Karena mereka berusaha meningkatkan load factor dengan memperbanyak seat diatas normal. Soal nyaman engga nyaman, itu engga penting. Yang penting seat terjual semua. Kemudian mereka juga berlomba lomba meningkatkan trip pesawat. Karena ini akan menekan biaya tetap. Kita semua pernah merayakan masa masa dimana harga ticket begitu murah sehingga kita bisa tertawakan Jokowi bangun jalan toll trans java dan sumatera. Kita berhitung, ngapain bangun tol yang ongkos tol lebih mahal daripada naik pesawat ke Surabaya. Sekarang kita berpikir lewat darat lebih murah daripada naik pesawat.
Sekarang ticket pesawat mahal. Kita berteriak. Kita tuduh maskapai penerbangan cari untung banyak. Saya bisa katakan itu tidak seratus persen benar. Karena faktanya maskapai penerbangan sekarang hanya dua yang besar, yaitu Garuda Dan Lion. Kedua maskapai itu tidak begitu besar labanya. Bahkan Garuda beberapa tahun merugi. Jadi apa penyebab ticket itu mahal ? pertama karena adanya SOP dari pemerintah untuk safety first atau utamakan keselamatan. Standar pengawasan diperketat, sehingga upaya mengejar trip tidak bisa lagi seenak udel. Upaya meningkatkan seat diatas normal, engga bisa lagi dilakukan. Semua harus sesuai dengan standar normal. Supervisi perawatan dan penggantian sparepart diperketat sekali. Kedua, belum lagi harga Bahan bakar terus naik.
Pemerintah dimana saja sama. Kebijakannya adalah keselamatan pemakai jasa. Kalau ingin bersaing, maka bersainglah dari sisi peningkatan kualitas layanan, bukan merekayasa ongkos murah namun mengancam keselamatan penerbangan. Dengan kondisi tersebut, memaksa maskapai penerbangan mensiasati operasionalnya. Hukum bisnis berlaku, untuk menekan biaya variable dan tetap, sementara load factor tidak bisa di dongkrak maka naikan harga jual ticket. Untuk meningkatkan laba, maka trend demand dan supply dipakai. Disaat permintaan tinggi ya harga ticket mahal. Ketika permintaan turun harga juga turun. Namun kenaikan dan turunnya harga itu tetap mengacu aturan menteri perhubungan yang berdasarkan batas atas dan batas bawah.
Bisnis pesawat terbang itu bisnis padat modal dan profesionalitas. Ini menyangkut bukan hanya jasa tapi keselamatan penumpang. Makanya negara maju lebih focus menyediakan angkutan massal seperti Bus, Kereta, dan kapal. Tentu harus didukung oleh jalan yang bagus, rell ganda yang lebar, serta pelabuhan laut yang nyaman. Kembali kepada diri kita sendiri. Kalau ingin berwisata, uang terbatas ya gunakan angkutan darat, atau laut. Kalau uang lebih ya silahkan happy pagai pasawat terbang. Engga mungkin kita paksa maskapai jual ticket murah. Karena modal mereka kan bukan dari negara tetapi bank dan pasar uang. Paham ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.