Dalam debat keempat Pilpres 2019 calon presiden Prabowo Subianto mempermasalahkan apakah anggaran pertahanan Indonesia Indonesia sudah memadai? Prabowo mengatakan bahwa anggaran militer kita hanya 0,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB) sementara Singapura sebesar 3%. Berdasarkan data apa yang disampaikan Prabowo tidak jauh dari data sebenarnya. Hanya selisih kecil sekali. Saya tidak akan mempermasalahkan angka besaran yang pasti. Saya hanya akan membahas mengapa rasio anggaran Singapore terhadap PDB lebih tinggi dari Indonesia. Bahkan besarnya anggaran pertahanan Singapore tetinggi di ASEAN. Mengapa ?
Secara Geopolitik, Singapore engga perlu takut akan ada ancaman dari negara luar. Singapore tidak perlu ada angkatan perang dengan peralatan modern untuk mengamankan serangan dari negara lain. Mengapa ? katakanlah Indonesia mau invasi Singapore, komplik terjadi. Maka China dan AS akan lebih dulu jewer Indonesia. Loh kok Uang Sam dan Encek Cungkok backing Singapore ? ya jelaslah. Tahukan anda bahwa nilai perdagangan melintasi selat melaka dari Timur tengah ke China dan AS melewati laut china selatan mencapai lebih dari USD 5 triliun. Itu data tahun 2011. Entah berapa sekarang. Tentu lebih besar lagi.
Nah kalau sampai terjadi komplik antara Indonesia dan Singapore maka tentu akan berdampak buruk bagi jalur perdagangan China dan AS. Kebayang engga kalau sampai suplai minyak dari Timur Tengah engga bisa melintasi Malaka. Bisa bangkrut pabrik pabrik China. AS juga akan terganggu untuk jalur perdagangan asia pacific, yang juga tergantung kepada selat malaka. Marahlah kedua negara. Belum lagi Australia akan meradang marah karena 2/3 perdagangan Australia melintasi laut China dan selat Malaka. Jadi Singapore diuntungkan oleh geopolitiknya. Singapore akan aman dari invasi negara luar.
Lantas mengapa Singapore harus menyediakan anggaran pertahanan yang sangat besar itu ? Untuk pertahanan dari serangan Teroris. Loh kok ancaman serangan teroris sampai segitu gedenya ? Singapore itu luasnya tidak lebih besar dari Tanggerang. Penduduknya hanya 5,6 juta orang. Bandingkan dengan Jakarta 9,8 juta orang. Tetapi anda jangan liat penduduk dan luasnya. Singapore itu menyimpan dana offshore diperkirakan mencapai lebih dari USD 2 triliun. Atau lebih dua kali dari PDB kita. Itu baru dana offshore. Belum termasuk pusat logistik minyak dan gas. Pusat perdagangan emas dan Migas nomor 4 dunia.
Nah kalau sumber financial dan asset serta perdagangan dunia itu di sandera teroris. Apa jadinya?. Andaikan serangan itu bisa diantasipasi namun kepercayaan pasar sudah jatuh. Orang engga mau lagi nyimpan uang dan aset di Singapore. Orang engga mau lagi menjadikan Singapore sebagai Hub untuk perdagangan dan jasa. Bangkrut negara itu. Makanya Singapore memastikan pertahanan negaranya harus kuat. Apa iya ada teroris yang punya kekuatan besar menyandera Singapore ? Yang namanya uang dan asset adalah sumber daya sangat di incar oleh siapapun yang punya niat buruk. Cukup 2% saja kekuatan teroris menggangu singapore, sudah cukup alasan investor hengkang dari Singapore. Jadi kekuatan militer dari Singapore itu adalah harga trust yang harus dibayar singapore agar investor merasa aman.
Apakah singapore rugi dengan anggaran sebesar itu ? Mari kita berhitung kasar. Kalau singapore belanjakan sebesar 3,8% dari PDB USD 500 milar, itu nothing dibandingkan fee yang mereka terima sebesar 2% dari USD 2000 Triliun total dana offshore. Belum lagi jasa logistik perdagangan minyak dan gas yang mencapai USD 60 miliar perhari. Paham ya. Bagaimana dengan Indonesia ? Secara geopolitik ancaman Indonesia itu hanya China dan AS. Mengapa ? karena lingkungan strategis yang berhadapan dengan Asia Pacific di Timur dan Laut China selatan di Barat dan tengah, merupakan security card kita untuk memastikan AS dan China tidak mungkin menyerang kita. China dan AS lebih memilih menjadikan Indonesia sebagai sahabat agar geostrategis mereka terjaga. Jadi untuk apa kita jor joran perbanyak alat perang?
Lantas apa ancaman sebenarnya Indonesia itu ? Ancaman indonesia itu bukan dari luar tetapi dari dalam sendiri. Siapa itu? Adalah mereka yang ingin mendirikan negara islam atau khilafah dengan cara mengubah sistem Pancasila. Para teroris international seperti Al-Qaida, ISIS, lainnya dapat menggunakan jaringannya di Indonesia untuk menciptakan kekacauan. Tentu dengan alasan politik mengubah sistem negara. Apa tujuanya ? ya uang. Para bandar dibalik jaringan teroris itu adalah TNC yang ingin menempatkan bonekanya sebagai penguasa di Indonesia agar mereka bebas menguras Sumber daya Indonesia. Demokrasi dibungkam agar tidak ada hak rakyat bersuara seperti sekarang.
Menghadapi serangan teroris lebih sulit dibandingkan menghadapi perang terbuka. Karena lawanya engga keliatan dan cara mengatasinya pun harus sesuai UU. Engga bisa diperlakukan seperti hukum perang. Sebelum menghadapi jaringan teroris, maka kesejahteraan TNI dan POLRI harus diperbaiki. Makanya di era Jokowi, besaran anggaran TNI terus meningkat dan itu sebagian besar digunakan meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI dan POLRI. Jadi bukan alat perang diperbanyak. Kalau alat perang diperbanyak, prajurit makin miskin. Pedagang senjata makin kaya dan bukan tidak mungkin prajurit TNI akan bergabung dengan jaringan teroris dengan alasan agama untuk mengarah moncong senjatannya ke pemerintah. Hancurlah negara ini. Paham ya om wowok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.