Ada sahabat saya umat kristiani yang tadinya berkarir sebagai banker. Namun setelah krismon dia banting setir jadi pengusaha. Yang saya tahu dia sangat taat menjalankan agamanya. Dia di sunat, tidak minum alkohol, tidak berzina, mitra serta sahabat yang ramah dan amanah. Semua karyawannya merasa senang bekerja di perusahaannya. Karena dia memberikan gaji diatas UMR. Setiap hari raya keagamaan selalu memberikan bonus dan cuti yang cukup agar karyawannya punya waktu bersama keluarga menikmati hari libur keagamaan. Dia juga tidak melarang bila karyawannya melaksanakan sholat di kantor. Bahkan dia memberikan anggaran untuk membangun mushola di lingkungan pabriknya. Artinya sahabat saya ini mengakui keberadaan agama Islam. Sebagaimana dia katakan bahwa dia mempercayai Nabi Muhammad sebagai utusan Tuhan. Namun dia tetap dengan agamanya.
Seorang sahabat muslim bertanya kepada saya “ Apakah orang sebaik itu kelak akan masuk sorga? Karena sayang sekali dia bukan muslim, tentu amalannya akan sia sia.”. Saya katakan bahwa jangankan dia , untuk diri kita yang islam saja kita tidak tahu apakah kita akan masuk sorga. Mengapa ? karena sorga itu hak Allah. Walau Allah telah menjanjikan sorga namun kita tidak bisa memaksa dengan amalan dan ibadah kita itu Allah wajib menempatkan kita ke sorga. Agama bukan media transaksional di hadapan Tuhan. Apapun yang kita lakukan, akan kembali kepada diri kita sendiri. Dan ALlah tidak mendapatkan apapun dari ibadah kita. Keimanan kepada Tuhan tidak ada hubungannya dengan reward. Keimanan kepada Tuhan adalah jalan mendekati Tuhan untuk mencapai kesempurnaan pribadi.
Lantas bagaimana sikap Islam terhadap mereka yang berbeda agama? Tanya teman saya. Keimanan itu adalah pilihan merdeka, atas persetujuan hati nurani dan akal sendiri, bukan merupakan paksaan dari luar. Pilihan keimanan adalah pilihan atas kebenaran yang berasal dari Tuhan. Keyakinan kita bahwa Quran sebagai kitab suci terakhir dan sekaligus penutup dari seluruh kitab suci yang pernah diturunkan Allah. Walaupun demikian, Quran tetap mengakui mereka dengan syarat mereka tetap mengakui Tuhan (Allah) dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih serta iman kepada hari akhir.
Artinya semua agama itu sama. Kata teman saya dengan nada tidak bisa menerima argumen saya. Tentu tidak sama, kata saya. Namun tujuannya sama yaitu Tuhan asalkan mereka beriman kepada Tuhan dan hari akhir, termasuk mempercayai bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah, dan Al Quran adalah kitab yang datang dari Allah. Sebagaimana kita percaya bahwa Injil itu kitab Umat kristiani dan Nabi Isa adalah utusan Allah. Dalilnya sebagai berikut:
““Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al Baqarah 62)
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(Al Maidah 69).
Asbabun Nuzul ayat ini adalah ketika Salman al Farisi menanyakan pada Rosulullah tentang bahwa banyak dari teman-temanya yang beriman, beramal shalih, dan menjalankan syariat tetapi mereka tidak memeluk Islam, Rosulullah menjawab mereka semua ahli neraka, lalu turun ayat ini untuk membantah bahwa para ahli kitab masih ada peluang untuk masuk surga (lihat Tafsir Ibnu Katsir).
Tafsir karangan Muhammad Ali seorang ulama yang oleh H.O.S. Cokroaminoto dipakai untuk Quran pada tahun sebelum kemerdekaan (rintisan Quran terjemah Indonesia), menguraikan “ “Ayat ini memberantas pengertian tentang bangsa pilihan yang mengira bahwa bangsa ini sajalah yang diberi hak keselamatan. Hal ini dikemukakan di sini untuk menunjukan bahwa bangsa Yahudi pun berhak menerima ganjaran apabila mereka beriman dan berbuat baik….hendaklah diingat bahwa iman kepada Allah dan hari Akhir adalah sama dengan mempercayai Islam sebagai agama yang benar…quran tidak menginngkari adanya orang yang baik di kalangan agama lain.” (Quran Suci Terjemah dan Tafsir hal. 38.).
Mari kita perhatikan sikap Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar “Inilah janji yang adil dari Tuhan kepada seluruh manusia, tidak pandang dalam agama yang mana mereka hidup, atau merek apa yang diletakkan kepada diri mereka, namun mereka masing-masing akan mendapat ganjaran atau pahala disisi Tuhan, sepadan dengan amal shalih yang telah mereka kerjakan itu”.
“Ayat ini adalah suatu tuntunan bagi menegakan jiwa, untuk seluruh orang yang percaya kepada Allah. baik dia bernama mukmin, atau pemeluk agama Islam, yang telah mengakui kerasulan Muhammad SAW, atau orang Yahudi, Nasrani, dan Shabiin”
“Ayat ini sudah jelas menganjurkan persatuan agama, jangan agama dipertahankan sebagai suatu golongan, melainkan hendaklah selalu menyiapkan jiwa mencari dengan otak dingin, manakala hakikat kebenaran.
Sebagian ulama banyak yang berpendapat bahwa ayat ini telah dinasikhkan olah ayat “Sesungguhnya agama yang diridai Allah hanya Islam” dan “Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam menjadi Agama, sekali-kali tidaklah akan diterima darinya” (Ali Imran 85). Tetapi ada baiknya kita melihat tafsiran Buya HAMKA terhadap ayat ini: “Ayat ini bukanlah menghapuskan (nasikh) ayat yang sedang kita tafsirkan ini melainkan memperkuatnya. Sebab hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dari Hari Akhirat. Percaya kepada Allah artinya percaya kepada firman Nya, segala RasulNya dengan tidak terkecuali..”
“ Kalau dikatakan bahwa ayat ini dinasikhkan oleh ayat 85.., yang akan timbul adalah fanatik, mengaku diri Islam, walaupun tidak pernah mengamalkanya. Dan surga itu hanya dijamin untuk kita saja.”
Bagaimana soal balasan di akhirat terhadap agama lain ?, Hamka bertutur dalam kitabnya “Dan neraka bukanlah lobang-lobang api yang disediakan di dunia ini bagi siapa yang tidak mau masuk Islam, sebagaimana yang disediakan oleh DziNuwas Raja Yahudi di Yaman Selatan, yang memaksa penduduk Najran memeluk agama Yahudi, padahal mereka telah memegang agama Tauhid. Neraka adalah ancaman di Hari Akhirat esok, karena menolak kebenaran.”
Mengapa Indonesia yang mayoritas Islam sangat toleran terhadap agama lain ? Karena begitulah ajaran Islam. Dan itu teraktualkan dari sikap semua ulama yang ikut mendirikan republik ini berdasarkan Pancasila. Karena semua ulama sangat mengutamakan kehidupan dunia ini aman untuk didiami oleh siapa saja, mengaku beragama atau tidak, asal saling menghormati dan saling menjaga pendirian masing-masing. Islam mengakui keberadaan agama lain tanpa harus mengikutinya. Namun yang di sayangkan justru agama lain tidak mengakui Islam. Bahkan ada yang tidak mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Tentu mereka tidak termasuk dalam pengertian golongan ahli kitab yang di akui oleh Al Quran. Dan walaupun begitu umat islam tidak bisa memaksa orang lain untuk mengikuti Islam. Pemaksaan dalam agama adalah sikap yang anti Alquran (lih. al-Baqarah 256; Yunus 99).
**
**
Dalam kehidupan kita sekarang, kadang bila ada orang beragama lain yang begitu baik amalannya kita curigai dengan kefanatikan kita. Yang kadang-kadang saking fanatiknya, maka imannya bertukar dengan cemburu: "Orang yang tidak seagama , yang tidak semahzab ,yang tidak seide dengan kita adalah musuh kita. "Dan ada lagi yang bersikap agresif., menyerang, menghina, dan menyiarkan propaganda bahwa agama /golongan yang lain itu kafir, sesat, bid’ah. Ternyata kita terlalu hebat belajar mengurai dalil dibalik hadith Rasul dan Firman Allah namun kadang kita sangat lupa tentang pribadi Rasul yang lebih mengutamakan perdamaian dan Allah yang maha pengasih lagi penyayang.
Wallahu A'lam Bishawab
mantap, terimakasih babo sangat mencerahkan
BalasHapus