Sabtu, 05 November 2016

Demo 4 November.


Kemarin seusai sholat Jumat di dekat rumah, saya berangkat ke kantor untuk rapat karena direktur saya mengkawatirkan keadaan tidak kondusif untuk rapat di luar. Seusai rapat jam 3 saya lihat di TV demo berlangsung tertip. Saya membanggakan keadaan itu kepada mitra saya bahwa keadaan tidak akan chaos. Karena demo di pimpin oleh ulama. Umat islam sangat patuh kepada Ulama. Mereka mendengar nasehat ulama bahwa ketertiban itu di ajarkan bukan hanya dalam bentuk retorika tapi juga di praktekan dalam sholat berjamaah. Karena itulah, saya putuskan untuk ke Grand Hyatt bertemu dengan relasi dari luar negeri.  Sampai di plaza Indonesia hanya 30 menit karena jalanan sepi. Di Plaza Indonesia tempat parkir juga lengang. Mungkin hanya 10% tempat parkir terisi kendaraan.  Sampai di Plaza Indonesia saya sholat ashar dan setelahnya, langsung berjalan kaki ke kawasan Bundaran BI.

Di lokasi demo , keliatan tenang tanpa riak berarti. Bahkan saya perhatikan sikap pendemo terkesan lugu, terutama dari daerah. Saya membayangkan bagaimana mungkin orang lugu ini mau melakukan perusakan. Walau orasi terkesan agitasi dan memaksakan kehendak, “ Ahok  harus jadi tersangka” dan banyak terdengar sekali kali suara teriakan menghujat Ahok dan Jokowi ketika Fahri Hamzah, Fadli Zon, Ahmad Dhani, dan Rhoma Irama melakukan orasi.Tak berapa lama nampak dari kejauhan massa  membakar ban di depan Markas ABRI.  Secara keseluruhan aksi demo damai dan terbukti aparat keamanan tidak nampak tegang,  bahkan ada yang tersenyum. Hanya sejam lebih saya di lokasi dan sebelum masuk sholat maghrib saya keluar dari lokasi demo. Sayapun berjalan kaki ke Plaza Indonesia untuk sholat maghrib.  Seusai sholat maghrib saya menemui relasi saya.

Jam 10 malam saya dapat inbox dari teman bahwa terjadi kerusuhan. Saya sempat tertegun. Semoga para ulama yang ikut demo tidak terjadi apa apa dengan mereka. Karena dampaknya sangat buruk kalau sampai ulama terluka atau jadi korban dari kerusuhan ini. Saya berdoa, semoga semua baik baik saja.

Seorang teman ketika saya tanya sikapnya terhadap kerusuhan demo itu menjawab dengan clear “  Sikap saya , ketika Ketua MUI dan NU , Muhammadiah sudah bertemu dengan Jokowi maka bagi saya itu sudah selesai.”

“  Mengapa ? “

“ Eksistensi Ulama yang di wakili oleh MUI di akui oleh negara. Ekistensi NU dan Muhammdiah sangat di perhitungkan oleh negara karena kedua organisasi ini mewakili mayoritas umat islam dan ikut melahirkan republik ini. Secara kelembagaan ketiga organisasi itu sepakat akan mengikuti proses hukum yang sedang berlangsung terhadap Ahok. “

“ Tapi demontrasi tidak di larang kan?

“ Ya. Tidak di larang. Itu hak konstitutional bagi setiap warga negara. Aksi demotrasi di hormati oleh ketiga lembaga itu, termasuk juga pemerintah. Namun aksi itu harus di lakukan sesuai dengan aturan yang ada, tentang batas waktu demo dan keharusan tidak boleh ada anarkis. Kalau sampai tindakan aparat keamanan terkesan represif karena ada tindakan provokatif dari pendemo untuk menimbulkan chaos, itu juga bukan berarti pemerintah anti perjuangan umat islam tapi hanya menegakkan aturan demo agar damai dan tertip tanpa menimbul efek buruk lebih luas. “

“ Seharusnya Jokowi menemui para pendemo itu. Sehingga kerusuhan tidak perlu terjadi, bahkan bisa saja sebelum jam enam udah bubar pendemo itu.” kata saya.

“ Anda harus tahu bahwa tuntutan pendemo adalah nyatakan Ahok sebagai tersangka dan pastikan proses hukum, Ahok di penjara. Kalau presiden temui dan di paksa menyetujui kehendak Pendemo maka Jokowi akan di impeachment oleh DPR karena melanggar UU, dimana dia mengintervensi hukum yang sedang berlangsung dan belum di putuskan pengadilan. Kalau Jokowi menolak, maka pendemo punya alasan memancing emosi umat islam bahwa Jokowi tidak berpihak kepada umat islam dan ikut mendukung penistaan agama..jadi ada skenario besar untuk menempatkan Jokowi dalam posisi makanbuah simalakama. Apapun pilihan adalah salah. Semoga maklum karena Jokowi bukanlah pribadi tapi dia adalah lembaga presiden yang harus taat dengan sistem dan UUD/UU.”

“ Semua tahu bahwa Ahok telah melakukan penistaan agama.” 

“ Tidak semua. Sebagian ya menilai seperti itu.Tapi negara kita adalah negara hukum. Ada pasal dan jurisprudensi soal penistaan agama itu. Jadi biarkan sajalah proses hukum berlangsung. Kita akan awasi proses itu dan pemerintah menjamin akan transparance. Kalau bisa kita minta kepada pemerintah untuk adakan siaran langsung lewat TV, seperti pengadilan Jessica dan kasus Sanusi. Nah kita akan liat dan menjadi saksi proses peradilan terhadap Ahok. Tentu Ahok akan di dampingi pengacara. Saksi ahli yang tak memihak dan kompeten soal Al Quran dan Hadih akan di hadirkan di sidang untuk menilai apakah Ahok melakukan penistaan agama atau tidak. Kalau benar dia salah, maka dia akan di hukum dan bila tidak salah,maka dia akan bebas. Jadi tunggu saja proses itu. Karena hanya dengan cara itu kita terhindar dari fitnah berjamaah. Karena kita tidak sepenuhnya tahu hal yang sebenarnya kecuali mendengar sepotong potong dari pihak lain yang tidak terlibat langsung dalan kasus Ahok.”

“ Tapi bagi sebagian orang tidak percaya dengan sistem hukum yang ada akan berpihak kepada mereka” Kata saya.

“ Kalau kita cinta NKRI maka kita harus percaya dengan sistem yang  ada, khususnya sistem peradilan. Tapi kalau tidak percaya dengan sistem hukum kita ya silahkan pindah ke negara lain yang sistemnya lebih bisa di percaya. Ini era globalisasi. Semua orang berhak hijrah kemana dia suka. Tidak ada pemaksaan pada setiap orang. Itu di lindungi oleh HAM. Gampangkan. Tapi terus membangkang ya itu kriminal , makar namanya.” 

" Apakah ada kemungkinan di tunggangi oleh politik demo ini?

" Bisa saja. Karena design nya seperti skenario 1998 ketika menjatuhkan Soeharto. Apabila istana tidak bisa menerima tuntutan pendemo maka istana akan di kuasai. Namun apabila tidak bisa maka selanjutnya gedung DPR di duduki , sampai Jokowi di lengserkan. " 

Saya terdiam. Dan lagi , kata teman bahwa aksi demo besar besaran dan di lakukan di Jakata itu sangat beresiko di tunggangi oleh pihak lain yang ingin mengambil keuntungan dari situasi itu, dan menciptakan chaos. Seharusnya ini dari awal di sadari oleh penggerak demo. Taruhannya adalah citra islam. Artinya modaratnya lebih banyak daripada manfaatnya, apalagi tokoh umat islam sudah bertemu dengan Jokowi, jadi seyogianya tidak perlu ada demo... Dan terbukti benarlah terjadi, rusuh. Siapa yang di rugikan? ya citra islam semakin lekat dalam pikiran orang bahwa islam itu tidak cinta damai. Islam itu identik dengan gerakan kekerasan. 

Ini pelajaran mahal bagi gerakan Islam agar lebih mendengar pimpinan dan Ulama yang sudah di kenal reputasinya sepeti NU, Muhammadiah. Karena kedua ormas ini ikut mendirikan dan arsitek  dari NKRI. Jangan mudah percaya dengan ormas lain yang mengajak gerakan nasional, yang tanpa di sadari kemungkinan bisa saja kita di tunggangi oleh kepentingan politik praktis, kita hanya di perlukan sebagai pijakan naik tangga, dan setelah itu kita akan di buang begitu saja. 

5 komentar:

  1. Saya sangat senang dgn tulisan Anda ini pak. Terkesan anda mencintai Islam & juga negara Indonesia ini. Itu yg penting ya pak, mencintai Tuhan kita dan jg mencintai sesama manusia kita ya. Saya kagum loh beneran.. Bravo bung

    BalasHapus
  2. Beragama itu harus berakal...berakal itu sempurna bila berhati...berhati itu menandakan bila kita adalah manusia dan manui adalah tempatnya dosa...karena begitulah Allah menciptakan kita,untuk diseleksi yg pantas mendapatkan surgan-Nya. Salam damai.

    BalasHapus
  3. mungkin yg ini sedikit keliru pak , menurut saya ,( Artinya modaratnya lebih banyak daripada manfaatnya, apalagi tokoh umat islam sudah bertemu dengan Jokowi, jadi seyogianya tidak perlu ada demo.)

    Maaf hanya mengoreksi

    BalasHapus
  4. Bahasan yg komplit, Netral, Cukup mengakomodir banyak pandangan.����

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.