Minggu, 26 Juli 2020

Rasis terhadap suku Jawa?


Selama ini saya ogah melayani cuitan Ustand TZ Karena memang engga mutu. Masih menghormatinya sebagai anggota MUI. Namun ketika dia bicara rasis, dan menyinggung etnis Jawa, saya benar benar terpanggil untuk menanggapi. Saya berusaha menahan sejak dua hari lalu. Namun sekarang saya harus sampaikan lewat tulisan. Cara dia membandingkan suku jawa dan Sumatera menunjukkan dia sangat lemah dari segi literasi. Dia tidak memahami kebudayaan pada masing masing suku. Cara dia berbicara terkesan mencomot keseharian secara tidak terpelajar, secara tidak keulamaan. 

Mengapa? orang Medan dan Solo yang dia jadikan contoh kasus, total salah. Melayu Deli itu punya tiga tingkatan bahasa. Bahasa kepada orang tua atau kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya, bahasa kepada orang sejajar, dan bahasa kepada orang yang di bawah. Yang dia jadikan contoh kasus adalah bahasa melayu deli untuk orang kelas bawah yang memang kasar. Orang jawa juga punya tingkatan bahasa yang berbeda beda. Bahasa kaum bangsawan atau ningkrat berbeda bahasanya dengan kaum biasa. Cara mereka bicara kepada orang tua, berbeda dengan cara mereka bicara kepada orang sejajar dengan dirinya. Tentu beda bicara dengan orang tua. Hampir semua adat suku yang ada di Indonesia punya tradisi begitu. Itu sebabnya peradaban kita tinggi, beda dengan suku arab yang bahasanya kasar bagi semua. Bahasa Al Quran pun tidak menggunakan bahasa Arab tradisional.

Kalau dikatakan orang Jawa lemah dibandingkan orang sumatera, jelas TZ tidak pernah baca sejarah. Hanya orang Jawa yang bisa mematahkan serangan Kublai Khan dari Mongolia. Padahal Kekhalifahan Abbasiyah saja berhahasil mereka tumbangkan, dan para khalifah serta ulama kerajaan kepalanya dipenggal, dijadikan sarapan anjing dan burung pemakan bangkai. Hanya orang jawa yang pernah menguasai ASIA Tenggara di masa kekuasaan Majapahit. Kalau selama 350 tahun Belanda menjadikan jawa koloninya, itu sebenarnya bukanlah penjajahan langsung tetapi kolaborasi dengan kerajaan Islam yang ada di Jawa. Orang jawa terkenal patuh kepada rajanya, bukan kepada Belanda. Ketika datang perintah jihad melawan Belanda, orang jawa yang paling banyak mati. Orang jawa yang kamu bilang pegecut itu, adalah mereka yang berhasil mengalahkan pasukan sukutu di Ambarawa. Jadi orang jawa tidak pengecut! Pahami sejarah.

Semua umat Islam mengakui bahwa MUI itu lembaga berkumpulnya para ulama. Mereka terpilih dari sekian ormas islam berdasarkan keilmuan dan pengaruhnya di masyarakat. Namun dengan sosok TZ ini, reputasi MUI sebagai lembaga Persatuan Umat, tercoreng sudah. Apalagi mayoritas umat islam ada di Jawa. Kalau orang jadi elite MUI saja bersikap rasis terhadap umatnya sendiri , lantas apakah masih perlu  orang menghormati eksistensi MUI. Secara moral, MUI sudah melempar sendiri kotoran hewan kewajahnya karena memelihara TZ dalam jajaran elite MUI. Sangat memalukan. Pertanyaannya apakah elite MUI masih punya rasa malu sebagai sendi orang beriman.? Saran saya minta maaflah dan bertobatlah.! Menjadi ulama itu tidak mudah. Sangat berat. Karena dia jadi panutan umat.

Senin, 20 Juli 2020

Pencalonan Gibran?



Dengan adanya amandemen UUD45 sampai ke empat kali, maka ada hal yang prinsip berubah. Apa itu? kekuasaan bukan lagi hal yang sakral. Kemudian dari amandemen UUD 45 itu lahirlah  UU KPK, dan berbagai lembaga independent pengawas fungsi lembaga peradilan dan kebijakan publik seperti Mahkamah Yudisial, dan Ombudsmen.  Produk DPR dan Presiden pun bisa digugat lewat MK. Singkatnya, tidak ada satupun lembaga yang terlalu kuat dan tidak tersentuh fungsi pengawasan. Karenanya kekuasaan itu seperti duduk diatas bara. Kalau ada orang ngotot jadi kepala daerah atau anggota DPR, sebetulnya karena dua alasan: pertama karena ingin mengabdi, kedua , karena ingin aktualisasi diri. Karena memang jadi bagian penguasa walau tidak kaya, jelas tidak kere. Kalau ingin cepat kaya, hanya masalah waktu pasti masuk bui.

Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi telah mendapatkan karpet merah dari PDI Perjuangan untuk maju pada Pilkada Solo 2020. Walau awalnya Gibran tidak tertarik ke politik, namun belakangan dia tertarik juga. Menurut saya, ini tidak datang dari Jokowi atau Ibu Iriana. Karena kalau datang dari kedua orang tuanya, jelas berbeda.  Tetapi datang dari situasi dan lingkungan yang bisa saja pengaruh terbesar dari nenek atau ibu Jokowi. Karena kedekatan cucu dengan nenek sangat besar sekali pengaruhnya. Apalagi  peran Ibu Jokowi secara moral sangat besar mengantar karir Jokowi sampai jadi Presiden. Itu dijadikan inspirasi oleh Gibran. 

Mengapa saya katakan begitu? Awalnya Megawati tidak mendukung Gibran. Tahun 2019 bulan oktober, Megawati menjawab secara halus kehendak Gibran maju dalam Pilkada Solo “ Beliau suruh (Gibran) belajar dulu jadi anggota partai, anggota DPRD, itu yang disampaikan kepada saya. Saya tidak nambahi dan tidak mengurangi” Demikian kata Ketua DPC PDIP Surakarta FX Hadi Rudyatmo mengutip pesan dari Megawati. Terbukti Gibran sendiri datang ke kediaman ibu Mega, di jawab seperti itu. Tetapi Gibran memang cerdas. Dia belajar dari perjalanan karir Jokowi yang memang tidak mudah mendapatkan dukungan dari Partai. Dia terus bekerja keras, blusukan kesemua tempat di Solo agar rating elektabilitasnya naik. Dia tahu, bahwa partai itu bekerja secara profesional dan hanya akan mengusung calon yang punya elektabilitas tinggi. 

Apa hasil? Lembaga Survei Solo Raya Polling memaparkan tingkat elektabilitas Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada Solo 2020 terus meningkat. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan calon yang diusung DPC PDIP Solo Achmad Purnomo yang menurun. Berdasar survei yang digelar Lembaga Survei Solo Raya Polling pada Juni 2020, elektabilitas Gibran telah mencapai 55 persen atau meningkat sekitar 14,6 persen dibandingkan survei Januari 2020. Saat itu, elektabilitasnya masih di angka 40,4 persen. Sedangkan tingkat elektabilitas Achmad Purnomo pada survei Juni 2020 sebesar 36 persen, melorot 10 persen lebih dari survei Januari 2020 yang mencapai 46,6 persen. Dengan situasi ini, PDIP dalam posisi tidak ada pilihan kecuali harus menerima kenyataan atau Gibran diambil oleh partai lain.

Apa yang bisa kita ambil hikmah dari kasus Gibran ini?  Benar dia putra presiden. Tetapi dia naik bukan karena  privilege Jokowi. Bukan karena kemudahan sistem PDIP. Tetapi dia kerja keras merebut hati rakyat. Karena dia tahu penguasa sesungguhnya adalah rakyat. Partai hanya kendaraan. Jokowi hanya ayah. Salahnya dimana?  Siapapun anda ingin  berkuasa, jangan sibuk berpolemik, tapi sibuklah mendekati rakyat. Menanglah secara sistem, bukan dengan retorika, apalagi bawa bawa agama. 

Senin, 13 Juli 2020

Hagia Sophia simbol konflik.




Tahun 1935 Mustafa Kemal Ataturk menjadikan Hagia Sophia sebagai museum yang sebelumnya Masjid. Kala itu pemikiran Kemal ingin menghilangkan kesan sejarah dimana Masjid itu sebagai simbol permusuhan antara islam dan kristen, kristen dan katolik.  Memang dalam sejarahnya , setiap perang usai, penguasa berganti, berganti juga fungsi bangunan itu.  Ketika Yunani berkuasa, Gereja berpindah ke tangan Ortodoks Yunani. Kemudian berlaih ke Katolik Roma, dan kembali ke Ortodoks Yunani di bawah kekaisaran Bizantium. Dan ketika Muhammad Al Fatih,  Khalifah Turki Ustmani berhasil merebut Bizantium, Hagia beralih fungsi jadi masjid.

Namun tanggal 10 juli kemarin, Pengadilan administrasi utama, Dewan Negara, Turki mencabut fungsi Hagia Sophia sebagai meseum. Selanjutnya Hagia Sophia beralih fungsi menjadi masjid. Saya tidak melihat ini langkah kemajuan dan dukungan spiritual rezim Erdogan tetapi itu hanya bagian dari politik Erdogan yang sudah lelah di PHP oleh Amerika Serikat dan Eropa. Memang sejak dua tahun lalu Turki dilanda krisis ekonomi dan sudah masuk resesi sekarang. Tidak ada bantuan significant terhadap Turki sebagai anggota NATO. Sementara China dan Rusia selalu membantu Turki. Kini hubungan Turki dengan China sangat akrab, melebihi akrab dengan negara islam lainnya.

Di samping itu ada ambisi dari Erdogan untuk terus berkuasa di tengah situasi ekonomi Turki yang sulit, dan dukungan politik yang melemah karenanya. Dengan menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid, memberikan keuntungan politik bagi Erdogan. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), pendukung Erdogan sangat senang perubahan status Hagia Sophia. Itu sebagai tanda kemenangan islam terhadap sekularisme. Ini sangat strategis menarik dukungan meluas dari kalangan umat islam di Turki terhadap Erdogan. Apalagi AKP memanfaatkan issue ini sebagai kebangkitan Nasionalisme islam di Turki.

Sebagai orang pragmatis, Erdogan memang cerdas. Di saat ekonomi booming, dia memenjarakan ribuan ulama dan gerakan islam penentangnya, bahkan memburu tokoh islam yang melarikan diri ke AS. Namun ketika ekonomi melemah, tidak ada dukungan dari AS dan Eropa, dia berbalik ke umat islam. Bagi umat islam selagi semangat Erdogan seperti semangat khilafah islam, dan berniat merebut kembali Masjidil Aqsha, soal Erdogan bermesraan dengan China dan Rusia, itu engga penting lagi. Setidaknya dengan perubahan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid, Erdogan telah memicu islamphobia dan membuat hubungan dengan kristen dan katolik memburuk. Masalah agama yang menjadi sumber konflik dia hidupkan lagi, dan itu karena politik kekuasaaan.


Rabu, 08 Juli 2020

Ibu Aidit dari Padang


Rumor bahwa ibunda DN Aidit berasal dari Minang ( Maninjau- Sumbar ) itu sudah ada sejak Orde Baru. Namun ketika itu, tidak ada satupun keluarga di Sumatera Barat-Maninjau mengakui bahwa ibu Aidit berasal dari Maninjau. Karena bisa dibayagkan. Aidit adalah Ketua Umum PKI dan yang merupakan musuh nomor 1 Soeharto. Bahkan adik Aidit sendiri Subron Adit , mengatakan bahwa Aidit tidak ada hubungan dengan orang Minang. Sementra Putra Aidit mengatakan bahwa neneknya berasal dari Maninjau Sumatera Barat. Secara pribadi saya lebih percaya anak kandung Aidit, apalagi dia katakan setelah reformasi, di era sekarang, di acara  ILC, Karni Ilyas. Saya tidak ingin membahas lebih jauh tentang polemik apakah Aidit benar ibunya berasal dari Minang atau tidak. Saya ingin membahas tentang karir politik Aidit dan kecerdasannya.

Sebetulnya tahun 1948, PKI dibawah pimpinan Muso sudah ditumpas oleh Tentara. Muso sendiri tewas dalam aksi penumpasan itu. Tetapi Aidit berhasil lolos dari kejaran Tentara. Karena saat itu bertepatan Belanda melancarkan agresi Militer Kedua. Perhatian tentara terpecah. Kemana Aidit ? TIdak ada yang tahu pasti kemana dia pergi. Apakah ke China atau Vietnam. Yang pasti dia terdampar di Singapora dan akhirnya kembali ke Indonesia tahun 1950. Dia muncul kembali ke panggung politik tanpa ada larangan dari Pemerintah Soekarno. Bahkan tetap dengan bendera PKI. Setelah mendaftarkan diri sebagai Partai Politik, Aidit  menyusun kembali kekuatannya.

Saat itu tahun 1950, belum ada internet. Belum ada TV. Radio hanya dikuasai negara. Media massa dikuasai oleh Tentara dan kaum nasionalis. Basis massa Islam terkosentrasi oleh gerakan patron ulama dari NU, Muhammadiah, PMI dll yang tergabung dalam Partai Masyumi. Sementara kaum nasionalis didukung oleh patron kalangan bangsawan Jawa dan Bali. PKI bangkit dari aib besar sebagai pemberontak tahun 1948 di Madiun. Konon katanya saat pemberontakan itu banyak kiyai yang dibantai oleh aktifis PKI. Jadi saat Aidit membangun kembali PKI tahun 1950 cintra PKI memang terpuruk terutama  bagi kalangan agama. 

Kalau ada Pemilu paling bersih dan paling demokrasi sepanjang sejarah adalah tahun 1955. Karena saat itu belum ada money politik. PKI sangat miskin. Bantuan dari China tidak didapat. Karena saat itu China baru usai perang saudara dan Ekonomi China masih tergantung dengan Rusia. Masing masing partai memang murni  berjuang untuk agendanya. Selama kampanye tidak ada bau amis darah. Semua bertarung secara fair. Semua pihak tidak begitu yakin PKI bisa dapat suara significant dalam Pemilu. Tetapi apa hasilnya ? PKI menjadi partai terbesar nomor 4.  Artinya hanya lima tahun setelah Aidit pulang dari Luar negeri , dia mampu membangun kekuatan massa yang begitu dahsyat. Berakar sampai keseluruh pelosok Indonesia dan hampir semua kader PKI adalah orang orang yang militant. 

Tahun 1980an saya sempat tanya kepada mertua saya. “ Mengapa PKI bisa  cepat sekali berkembang. Padahal sebelumnya citranya sangat buruk”  Mertua saya saat Pemilu 1955 itu adalah aktifis Masyumi di Jakarta. Mertua saya lama berpikir untuk menjawab. Akhirnya dia berkata “ Mereka dekat kepada rakyat miskin. Para tokoh dan kader partai turun langsung ke desa desa atau wilayah yang terdapat banyak kantong kantong kemiskinan. Mereka sangat ramah dan sangat peduli kepada orang miskin. Mereka tidak berpidato di hadapan rakyat, tetapi mereka hadir selalu bersama rakyat. Hampir semua kader PKI adalah golongan menengah bawah. Kaum miskin sendiri. Sementara tokoh masyumi dan Nasionalis lebih mengandalkan media massa dan rapat akbar. PKI juga selalu mempropagandakan ketidak sukaan kepada kaum bangsawan terutama para patron yang punya istri banyak. Sementara Aidit mengharamkan kader PKI melakukan Poligami.

Jadi saya bisa membayangkan cara kampanye kader PKI ketika itu. Di tangan kanan mereka pegang Kitab Suci, dan tangan kiri mereka pegang seikat padi. Silahkan pilih. Mau kitab Suci atau Makmur. Di hadapan Politik, cara ini memang retorik yang ampuh mempengaruhi massa yang lapar. Kemiskinan terjadi karena adanya kelas di dalam masyarakat. PKI menentang keberadaan kelas itu. PKI juga melontarkan propaganda yang sangat utopis dan mudah dipahami oleh orang awam, terutama rakyat miskin dan tidak terpelajar. “ Indonesia belum mencapai kemajuan dan kemakmuran. Negara ini memang tidak akan bisa maju kalau diurus oleh pemimpin yang mempunyai empat atau malahan lima orang istri!”. PKI berhasil mendulang suara dari kalangan nasionalis dan agama. Kelemahan ormas islam, partai islam, kaum bangsawan nasionalis adalah ,  ya soal poligami itu.  Karena bagi orang miskin satu istri saja mereka engga mampu menafkahi, dan ini ada elite yang doyan kawin karena harta berlebih.

Selasa, 07 Juli 2020

Peluang Ttrumps terpilih lagi?


Berbeda dengan Indonesia di mana pemilihan presiden hanya terjadi sekali dengan pemilihan langsung oleh rakyat, di AS pemilihan presiden melalui beberapa tahapan. Capres dengan suara rakyat mayoritas belum tentu menang. Ia harus melewati proses electoral college di mana sejumlah negara bagian menunjuk utusan untuk memilih presiden usai popular vote digelar. Untuk menang, kandidat Capres harus mengamankan setidaknya 270 suara, dari total 538 suara.

Hasil survey Gallup poll, tingkat elektabilitas Trumps adalah 38%. Jauh di bawah pesaingnya, Joe Biden yang sebedar 49%. Namun dukungan dari Partai cukup besar. Persetujuan Partai Republik terhadap Trump meningkat dari 85% menjadi 91%. Sementara Partai Demokrat turun dari 5% menjadii 2%. Gallup mengatakan perbedaan 89 poin antara dukungan Partai Republik dan Demokrat adalah yang terbesar yang pernah dicatat dalam beberapa dekade pemungutan suara. Dukungannya dari pemilih independen yang digambarkan sendiri merosot dari 39% menjadi 33%.

Menurut Gallup, penurunan elektabilitas Trump terlihat jelas di berbagai subkelompok pemilih. Elektabilitas Trumps sekarang kurang dari tingkat mayoritas di antara kelompok-kelompok "yang biasanya lebih menguntungkan baginya, termasuk orang kulit putih Amerika non-Hispanik, pria, orang Amerika yang lebih tua, orang Selatan dan mereka yang tidak memiliki gelar sarjana.

Namun kalau ingin tahu peluang Trumps saya lebih berpatokan kepada Moody survey. Mengapa ? Model survei yang dilakukan Moody's telah teruji di AS sejak 1980. Dari semua survei yang dilakukan, lembaga ini hanya sekali salah menebak, di tahun 2016 soal Clinton dan kemenangan Trump. Menurut Moody's Analytics memperkirakan Presiden AS Donald Trump akan meraih kembali kemenangan dalam Pemilihan Presiden 2020. Ia bisa kembali meraih kemenangan elektoral dengan mudah. Bahkan di atas kemenangannya atas Hillary Clinton.

AS itu negara kapitalis. Pemilu pada akhirnya tergantung dari pemain bursa.  Kalau pemain bursa mendukung maka tidak sulit orang jadi presiden. Moody adalah lembaga rating international untuk surat utang. Kemenangan Trumps pada periode pertama karena didukung oleh team dari Goldman yang merupakan investment banker terkemuka di AS. Para pemain bursa ahli membangun persepsi. Karena itu instrument investasi dari kelas sampah ( junk ) sampai premium laku diperdagangkan. Apalagi membangun persepsi untuk seorang calon Presiden.  

Pemain bursa terutama pemain hedge fund punya akses ke influencer dari kalangan kampus, jurnalis, editorial, LSM, dan bahkan tokoh agama. Selagi ada harga, mereka bersedia membangun persepsi sesuai pesanan. Apalagi dengan adanya sosial media dan media digital, membangun persepsi lewat media akan lebih efektif. Mengapa pemain hedge fund mendukung trumps ? Keputusan Trumps mengeluarkan stimulus USD 3 triliun itu sangat exciting bagi pemain pasar uang. Bandul Wallstreet tergantung Trumps.  Koreksi di pasar modal 12% positip menjelang Pemilu, itu sudah memastikan kemenangan untuk Trumps. Dan pemain pasar sangat paham karakter Trumps. Mereka tahu bahwa Trumps pebisnis yang besar karena persepsi. Situasi pasar dan ekonomi akan dimanfaatkan Trumps agar menguntungkannya secara politik.

Senin, 06 Juli 2020

Jokowi pemimpin reaktif


Ada teman bertanya kepada saya, " bagaimana pendapat kamu soal gaya kepemimpinan Jokowi ?  Saya katakan, dia pemimpin yang reaktif, bukan lead. Dalam bahasa Ki Hajar Dewantara disebut dengan Tut Wuri handayani. Dalam bahasa romantisnya, “ saya tidak di depanmu tetapi disampingmu. Di belakangmu untuk mendorongmu" Dia menghadapi masalah besarnya anggaran subsidi BBM, sementara dia butuh uang untuk membangun infrastruktur. Uang tidak tersedia berlebih. Diapun bereaksi dengan mengurangi subsidi dan dialihkann untuk infrastruktur. Dia menghadapi masalah tata niaga BBM yang tidak efisien. Dia bereaksi dengan menghapus Petral. Tetapi lima tahun engga juga efektif. Akhirnya dia tempatkan Ahok di Pertamina dengan tugas seperti maunya dia.

Dia menghadapi masalah terlalu lamanya KK Freeport dan kecilnya bagian Negara Indonesia. Diapun bereaksi dengan menguasai saham mayoritas FI.  Karena sulitnya maksa FI agar membangun smelter, dia bereaksi melarang ekspor kondensat nikel. Memberikan insentif pembangunan smelter. China datang bangun smelter lengkap dengan dowstream nikel. Karena terlalu panjang birokrasi sehingga index ease of doing business  jeblok, dia keluarkan paket ekonomi. Tetapi karena tidak efektif, diapun ajukan UU Cipta Karya. Karena 5 tahun dia berkuasa, pengadaan rumah rakyat berjalan lambat. Dia bereaksi dengan mengeluarkan PP Badan Penyelenggara Tapera. Dengan demikian, aturan perbankan yang menyulitkan orang miskin memiliki rumah dapat solusi.

Ketika Jakarta semakin semrawut sebagai ibukota, dia bereaksi dengan memindahkan ibukota ke Kalimantan. Belakangan karena DPR restriksi alokasi 30% anggaran, diapun bereaksi dengan tetap mempertahankan jakarta sebagai ibukota pusat administrasi namun ibukota negara tetap Kalimantan. Jadi anggaran tidak terlalu besar.  Karena krisis, dan pandemi , sementara APBN tidak cukup mengatasi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional, dia bereaksi dengan mengeluarkan PERPPU No. 1/2020 dan akhirnya jadi UU. Ketika tidak dapat dukungan dari BI dan DPR dia bereaksi dengan menunjukan otoritasnya sebagai presiden dalam sistem presidentil, “ saya bisa reshuffle atau bubarkan lembaga”, katanya. Hasilnya semua lembaga patuh dan ikut apa kata Jokowi. Setelah terjadi aksi massa 411 dan 212, dia bereaksi dengan mengeluarkan PERPPU soal Ormas dan akhirnya jadi UU Ormas. HTI jadi ormas terlarang. Dan ormas lain yang tidak mencantumkan idiologi pancasila dalam AD/ART ya tidak lagi diakui.

Dalam teori kepemimpinan, gaya pemimpin reaktif ini memang pekerja keras. Dan mempunya sifat wise. mengajarkan hal yang konstruktif kepada bawahannya agar emosi tetap terjadi secara positip, mengundang orang untuk mengambil langkah keyakinan melalui sepatah kata tentang apa yang mungkin , menciptakan sebuah inspirasi kolektif. Semua itu tercermin dari caranya  berpikir ( way of thinking ) , merasakan ( feeling ) dan kemampuannya  memfungsikan semua potensi positip ( functioning ), sebuah cara hidup ( the way of life ) dan cara menjadi ( way of being ) yang transformative. Setiap pemimpin lahir karena kehendak Tuhan, dan mereka hadir sesuai zamannya dengan gaya yang berbeda tentunya. Itu sebabnya kita tidak bisa membandingkan gaya masing masing mereka. Semua mereka adalah takdir kita sebagai bangsa.  Sukses negara bukan tergantung sepenuhnya kepada pemimpin tetapi kepada rakyatnya sendiri.

Rabu, 01 Juli 2020

Marahnya Orang Jawa.



Jokowi berbicara di depan sidang kabinet dengan nada yang dianggap sebagian orang keras dan terkesan marah. Namun bagi saya itu biasa saja. Masih rasional. Tidak ada kosa kata keluar “ Kurang ajar” seperti ngocehnya anggota DPR dari etnis Arab dalam rapat kerja dengan Dirut Inalum. Atau tidak seperi HRS yang bicara keras di mimbar sampai bilang “ Pancasila di Pantat”. Jokowi berkata dengan tetap dalam kapasitas yang menjadi wewenang dia sebagai presiden. Tidak ada satupun kalimat yang menyerang secara personal kepada pihak tertentu. Yang jadi menarik sampai diartikan macam macam pidato presiden. Dibilanglah itu cermin dari kegagalan presiden. Padahal itu bagian dari seni memimpin dan berkomunikasi kepada bawahan. Biasa saja. 

Hanya saja karena Jokowi itu orang Jawa Solo. Memang engga pernah terdengar dia bicara keras seperti etnis Arab atau Betawi atau Sumatera. Saya punya banyak teman orang Jawa, dan bahkan mitra bisnis saya sebagian besar orang Jawa. Apa yang saya tahu tentang mereka.  Dalam kondisi apapun, suara mereka tetap lebih rendah daripada suasana hatinya. Mereka sangat cerdas menyembunyikan suasana hatinya. Sehingga kalau mereka berbeda pendapat atau tidak suka denga kita, tetap wajah mereka terkesan bertolak belakang dengan suasana hatinya. Kalau bisa senyum mereka akan tetap tersenyum. Kalau sudah keterlaluan, ya mereka memilih diam. Dan kelau nantinya mereka bersikap, itupun tanpa perlu memberikan penjelasan, yang akan membuat kita tersinggung atau terluka hati kita.  Bagi mereka tidak menjawab, adalah jawaban itu sendiri.

Kalau anda sudah terbiasa bergaul dengan beragam etnis dan bangsa, anda akan sampai pada pemahaman tentang kebudayaan. Bahwa bahasa itu bagian dari kebudayaan. Orang Barat selalu sikapnya disampaikan dalam bentuk verbal atau ungkapan kata kata.  Orang China punya cara menyampaikan sikap dalam kosa kata sesuai tingkatan kepatutan. Artinya intonasi nada suara tidak diperlukan. Karena penggunaan kosa kata sudah menjelaskan sikapnya. Orang minang menggunakan bahasa “mampek”. Budaya arab memang keras. Sama seperti orang betawi. Cara mereka berbicara tentu berbeda jauh dengan orang Jawa. 

Kalau kita memahami bahwa bahasa itu adalah kebudayaan, kita harus bisa memaklumi perbedaan. Jangan pula kita mengukur budaya orang seperti budaya kita. Contoh cara jokowi berbicara di panggung kepada rakyat dengan berbagai tingkatan. Dia menghadiahkan sepeda. Itu juga cara berkomunikasi orang Jawa yang suka menyampaikan maksud dan tujuannya lewat simbol. Tidak ada ilmu yang bisa memastikan bagi pemula bisa dengan mudah mengendarai sepeda kecuali dia harus berani mengendarainya walau karena itu harus terjatuh lebih dulu. Kehidupan juga begitu. Apapun ilmu dan kata kata, pada akhirnya kinerja lah jadi ukuran. Tuhan menilai orang dari  niat dan perbuatan, bukan dari kata kata. Jadi jangan mudah baper dengan kata kata.